Bom Bunuh Diri Katedral Makassar, Momen Moderasi Islam Kian Deras?

Penulis: Silmi Dhiyaulhaq, S.Pd. (Praktisi Pendidikan)

Indonesia kembali diguncang bom, kali ini sebuah bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar. Hal ini memancing reaksi berbagai pihak, salah satunya dari Ketua Relawan Jokowi Mania (JoMan), Immanuel Ebenezer. Ia menegaskan, serangan teror ke gereja merupakan aksi teror yang sangat brutal.

Dia mendesak kepada aparat berwenang mengusut dalang teror terkait. Mulai dari kelompok radikalnya apakah bersumber dari kelompok lama atau baru yang coba mengguncang stabilitas politik dan keamanan (liputan6.com, 28/3/2021).

Gayung bersambut, tak perlu waktu lama bagi Polri untuk mengungkap pelaku bom tersebut. Masih di hari yang sama, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Menurutnya kedua pelaku terdiri dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.

“Pelaku merupakan bagian dari kelompok JAD yang pernah melakukan pengeboman di Jolo Filipina,” ungkap Jenderal Sigit, Minggu (28/3/2021).

Bahkan, pelaku meninggalkan surat wasiat agar pihak kepolisian bisa segera mengungkap identitasnya. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta masyarakat luas hendaknya tenang dan tidak mengembangkan berbagai prasangka atau asumsi yang dapat mengaburkan kasus bom yang tidak berperikemanusiaan dan tidak beradab tersebut.

Haedar menegaskan agar tidak mengaitkan tindakan bom tersebut terhubung dengan agama dan golongan umat beragama tertentu. Bisa jadi aksi bom Makassar ini menjadi adu domba kepada rakyat Indonesia. Haedar pun meminta semua pihak selalu waspada dan seksama, di satu pihak jangan menganggap enteng masalah, di pihak lain tidak memperkeruh keadaan atas kejadian bom bunuh diri di kota Makassar tersebut (liputan6.com, 29/3/2021).

Baca Juga:  Jangan Berikan Air Putih Pada Bayi Di Bawah 6 Bulan, Ini Dampaknya

Sementara itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pernyataan di Istana Kepresidenan (28/3/2021) mengutuk aksi terorisme yang terjadi di sana. Presiden menegaskan bahwa terorisme adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan semua ajaran agama menolak aksi tersebut.

“Saya mengajak semua anggota masyarakat untuk bersama-sama memerangi terorisme, memerangi radikalisme yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebhinekaan (kumparan.com, 29/3/2021).

Menyoroti peristiwa ini, pakar politik Islam Dr. Ryan, M,Ag. di kanal Ngaji Shubuh (29/3/2021) mengutuk dan menyatakan keprihatinannya. Tetapi ia menekankan agar peristiwa ini tidak dikaitkan kepada Islam. Jangan seolah Islam yang mendorong terjadinya aksi ini. Bahkan lebih jauh jangan digiring kepada isu radikalisme yang sangat sering dilekatkan dengan Islam dan simbol-simbolnya.

“Pemerintah harus tetap fokus menyelesaikan banyaknya problematika umat saat ini akibat penerapan sekularisme radikal dan kapitalisme yang berdampak buruk. Jangan sampai dialihkan oleh peristiwa bom tersebut. Seperti masalah korupsi, utang, impor, dan lain-lain. Ini perlu dilakukan agar tidak terjadi publik distrust (ketidakpercayaan publik –red.) kepada pemerintah,” tegasnya.

Ia menyayangkan sering terjadi opini atau framing yang melekatkan ajaran Islam dengan terorisme dan radikalisme untuk ditanamkan di benak publik.

“Padahal sudah dinyatakan bahwa peristiwa ini tidak terkait dengan agama apapun,” ujarnya.

Menurutnya justru ini merupakan momen yang baik untuk mengedukasi publik tentang syariat Islam seperti jihad, khilafah, dan lainnya yang harus dimaknai secara benar. Jangan sampai ada bagian dari umat ini salah menafsirkan jihad hingga melakukan bom bunuh diri di negeri damai seperti Indonesia.

Baca Juga:  Bocah Tenggelam Di Sungai Ciherang: Pencarian Dilanjutkan Ke Arah Bodem, Perbatasan Purwakarta - Karawang

Sungguh, seorang muslim sejati pastilah tidak akan melakukan teror. Jelas sekali teror dilarang dalam Islam. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa bunuh diri dengan besi di tangannya, dia akan menikam perutnya di dalam neraka Jahannam, kekal, dan dikekalkan di dalamnya selama-lamanya.” (HR. Al Bukhori No. 5778 dan Muslim No. 158).

Dalam Alquran Allah Swt. berfirman: “Dan janganlah kamu membunuh dirimu. sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” (TQS. An Nisa : 29). Dalam ayat lain Allah Swt berfirman: “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.” (TQS. Al Maidah : 32).

Ajaran Islam berasal dari Allah dan mengandung kebaikan. Jangan sampai didistorsi, didestruksi, bahkan dihilangkan ajarannya. Jangan karena ada framing buruk tentang Islam, lalu kemudian umat Islam jadi bersikap defensive apologetic dengan mendistorsi ajaran Islam sesuai arahan Barat. Allah telah menamai agama ini “Islam”, berasal dari kata ”aslama” yang artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih.

Dari pengertian Islam secara bahasa ini, dapat disimpulkan Islam adalah agama yang membawa keselamatan hidup di dunia dan di akhirat (alam kehidupan setelah kematian). Namun, sangat disayangkan masih ada publik yang terbawa narasi upaya memojokkan syariat Islam. Hingga mendistorsi ajaran Islam terutama mengenai makna jihad dan khilafah.

Dr. Ryan mengajak publik untuk menilai peristiwa bom ini secara proporsional. “Jika ditilik dari peristiwa bom WTC pada 2001 yang melahirkan war on terorism nyatanya diketahui akhirnya menjadi war on Islam. Jelas sekali ada pihak-pihak yang menghendaki legalisasi dan mengokohkan framing buruk ini, meskipun tidak sesuai fakta. Kemudian dimanfaatkan untuk menjustifikasi hal-hal lain yang sebenarnya tidak berhubungan. “Akhirnya Islam harus dimoderasi, karena diframing kalau ajarannya dibiarkan itu berbahaya. Stigma ajaran Islam menjadi buruk dan negatif,” urainya.

Baca Juga:  Kenali Gejala dan Tipe Diabetes yang Menyerang Panji Petualang

Sesungguhnya terorisme adalah sebuah pemahaman yang salah dan bertentangan dengan Islam. Ini perlu digarisbawahi bahwa terorisme itu haram dalam Islam. Terorisme juga bukan dinilai dari penampilan. Jangan sampai ada saling curiga kepada saudara kita yang bercadar, berjanggut, celana cingkrang, atau menjual herbal.

Namun, sangat disayangkan selama ini opini seringkali menggiring publik ke arah sana. Ada kutipan menarik dari seorang Jurnalis Australia bahwa “Korban terbesar terorisme adalah umat Islam. Hakikatnya tak ada perang terhadap terorisme, yang ada adalah perang menggunakan alasan terorisme (John Pilger, Jurnalis Australia)

Oleh karena itu, sikap kita yang mengutuk terorisme jangan sampai membuat kita lancang “merevisi” ajaran Islam dengan memberi lampu hijau pada proyek moderasi Islam. Tetaplah istikamah memegang teguh Islam secara murni yang berasal dari pemahaman yang benar tentang isi Alquran dan hadis.

Ingatlah firman Allah Swt. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu sekalian ke dalam Islam secara total (keseluruhan) dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. sungguh ia (setan) musuh yang nyata bagimu.”

Isi tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis