Teroris Serang Mabes Polri, Pengamat Pertanyakan Program Deradikalisasi Pemerintah

JABARNEWS | BANDUNG – Pengamat terorisme Prof Obsatar Sinaga angkat bicara soal penyerangan atau aksi tindak terorisme ke Mabes Polri. Menurutnya, serangan tersebut menjadi bukti, program deradikalisasi yang dijalankan pemerintah belum berhasil.

“Kalau betul itu berhasil, tentu sudah tidak ada lagi gerakan-gerakan baru seperti ini kan,” kata pria yang akrab disapa Prof Obi ini saat dihubungi, Kamis (1/4/2021).

Dia menilai aksi yang dilakukan ZA ke Mabes Polri gerakan baru, karena polanya berbeda dengan sebelumnya.

Selain itu, pelakunya adalah kaum milenial yang masih baru usianya. Artinya, kalau dia junior, seharusnya terjangkau program deradikalisasi yang dilaksanakan pemerintah.

Baca Juga:  Pelatih Persib Beri Garansi Kesempatan Bermain kepada Beckham

“Itu artinya kalau dia masih baru, dia baru kena pengaruh dong. Artinya kalau dia, baru kena pengaruh, artinya pengaruh pengaruh positif dari program deradikalisasi, nggak ada kan, nggak berjalan dengan baik,” ucap Rektor Universitas Widyatama ini.

Untuk itu, lanjut Prof Obi, ada baiknya program deradikalisasi sebaiknya dievaluasi. Sasarannya jangan hanya masyarakat yang sudah biasa bersosialisasi sebagaimana yang telah dilakukan selama ini.

“Ibaratnya program deradikalisasi yang dilakukan pemerintah saat ini, seperti berburu di kebon binatang,” ungkapnya.

Baca Juga:  Bupati Cirebon: Tiga Faktor Supaya Tidak Ada Covid-19

Pemuda yang sudah terlibat dalam organisasi kemasyarakat, tidak perlu lagi dimasukkan ke dalam program deradikalisasi.

“Kalau mereka sudah terlibat di dalam organisasi, pasti sudah ada pendidikan politiknya. Nggak perlu dimasukkan ke dalam program deradikalisasi,” terangnya.

Program deradikalisasi, seharusnya dilakukan kepada masyarakat yang tidak bisa masuk ke dalam habitat umum.

“Yang dijangkau program deradikalisasi, mereka yang memisahkan diri, itu yang seharusnya dimasukkan di dalam program deradikalisasi,” paparanya.

Selain itu, sambung Prof Obi, program deradikalisasi yang akan dijalankan pemerintah, seharusnya juga dikonsep dengan matang.

Baca Juga:  BPOM: Obat Ilegal Musuh Bersama yang Harus Diberantas

“Saya ambil contoh, saat saya lagi sekolah di luar negeri. Ketika lagi ada di Jerman. Agak lama, enam bulan pertama itu. Mendengar lagu Indonesia Raya itu. Saya nangis. Ingat kampung, ingat teman, ingat keluarga, ingat semua, deh,” jelasnya.

Maksudnya sentuhan-sentuhan (touching) seperti itu yang seharusnya ditumbuhkan dalam diri pemuda.

“Jangan karena dia milenial dibebaskan. segala macam, akhirnya. Ya, nggak ada tuh kecintaannya. Di sekolah ada yang nyanyi lagu Indonesia Raya, kita lewat biasa aja,” pungkasnya. (RNU)