Kisah Heroik Soleman Kamenglet Sang Juru Selamat dari Alor

JABARNEWS | BANDUNG – Kisah perjuangan seorang Ketua RT Soleman Kamenglet yang menyelamatkan warganya di Desa Waisika, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada saat banjir bandang di hari besar umat Kristiani, Paskah, Minggu (4/4/2021).

Saat itu, Soleman baru terbangun dan segera loncat dari tempat tidurnya. Alangkah kagetnya dia melihat air sudah menggenang di sebagian Desa Waisika.

Soleman bergegas lari menggedor satu rumah ke rumah yang lain sembari berteriak keras membangunkan tetangganya. Dia mengajak warga segera bergegas lari ke arah pegunungan untuk menghindari banjir yang naik dengan cepat.

Dengan cepat air banjir meninggi hingga setinggi paha orang dewasa, kurang lebih hampir satu meter. Masih di bawah guyuran hujan, puluhan warga menghambur ke arah bukit.

Lokasi Desa Waisika ini dijepit oleh lereng pegunungan di belakang, dan hamparan Laut Banda di depan. Sebanyak 45 KK yang terdiri atas 85 warga, berhasil selamat dari gelombang banjir kedua yang melanda sekitar 2,5 jam setelahnya, atau sekitar pukul 07.00 WITA.

Baca Juga:  Begini Cara Mengatasi Depresi, Salah Satunya Berolahraga

“Saat arus banjir datang lagi jam tujuh pagi, kami semua sudah berada di lokasi aman, dan semua selamat,” kata Soleman sang juru selamat bagi warganya.

Meski hujan tidak juga berhenti, Soleman tetap meminta warganya bertahan di lokasi aman. Dia melarang warganya yang hendak pulang ke rumah, meski sekadar menengok.

Waktu terus berlalu, 2,5 jam ketiga kembali datang. Gelombang banjir bah yang datang dari arah atas turun dengan sangat deras, membawa material apa saja yang menghalanginya. Pepohonan, bebatuan, tersapu banjir bah besar yang datang sekitar pukul 09.00-10.00 WITA.

“Jam persisnya kurang tahu, tapi kurang lebih antara jam sembilan dan jam sepuluh. Langit gelap tertutup awan dan hujan,” ungkap Soleman.

Gelombang banjir ketiga itulah yang menghancurkan hampir semua rumah warga. Tak kurang 41 rumah mengalami rusak berat dan rusak sedang.

Bahkan tidak sedikit yang tercerabut dari pondasinya. Rumah seisinya bersih tersapu banjir yang kemudian terhempas ke Laut Banda.

Baca Juga:  Diduga Korsleting Listrik, Api Lalap Habis Satu Rumah di Cianjur

Kearifan Lokal

Soleman menceritakan kisah heroiknya menyelamatkan warga di lingkungan RT yang dipimpinnya, disaksikan Kepala BNPB Letjen TNI Dr (HC) Doni Monardo tepat di lokasi kejadian banjir di RT-nya. Doni sendiri bersama rombongan BNPB, sejak Senin (5/4/2021) sudah berada di Nusa Tenggara Timur untuk mengkoordinasikan penanggulangan bencana.

Setelah mengunjungi Lembata kemarin (6/4/2021), hari ini Doni sudah berada di Alor. Salah satu kabupaten di ujung timur Provinsi NTT.

Data terakhir hari ini (7/4/2021), korban meninggal dunia di Alor tercatat 25 jiwa, korban hilang 20 jiwa, korban luka-luka 25 jiwa. Jumlah rumah rusak berat tercatat 179 unit, rumah rusak sedang 181 unit, dan 5 Fasum ikut terdampak pula.

Usai kunjungan, Doni Monardo kembali ke Larantuka, Flores Timur. Malam hari, Doni mengajak peserta rapat koordinasi penanganan bencana NTT via zoom yang berlangsung di rumah jabatan bupati Flores Timur untuk belajar dari kisah kearifan lokal Soleman.

Seseorang yang dituakan, lalu dipilih menjadi Ketua RT, akan sangat didengar oleh warganya. Tak bisa dibayangkan seandainya Soleman tidak menggedor-gedor rumah warga, bisa dipastikan jumlah korban jiwa akan lebih banyak.

Baca Juga:  Tangis Bahagia Siperaih Hadiah Umroh

Sejatinya, peran warga sangat besar dalam mengatasi bencana alam. Bahkan, 80 persen, Tindakan penyelamatan korban dilakukan oleh warga itu sendiri. “Jadi budaya gotong royong harus dimasukkan dalam program mitigasi bencana,” tandas Doni Monardo.

Apa yang dilakukan Soleman, sejalan dengan yang kerap diingatkan Kepala BNPB Doni Monardo. Yakni para pejabat pemerintah terutama bupati, walikota, camat dan kepala desa kiranya aktif mengikuti informasi cuaca oleh BMKG.

Kalau seandainya daerah terdampak, maka harus memberi info kepada warga. Misal malam, curah hujan tinggi, rumah di lereng/kaki bukit sebaiknya mengungsi dulu.

Agar bisa menghindari terjadi longsor, pohon tumbang. Bagi yang rumahnya dekat sungai, lembah, sebaiknya mengungsi, mengamankan barang berharga.

“Setiap jam, harus ada piket, siaga, bergantian masyarakat membagi tugas, semacam siskamling bencana. Sehingga ketika ada potensi terjadi banjir bandang, masyarakat bisa mengetahui lebih dini,” ajak Doni. (Red)