Seharian Amati Hilal, Tim Observatorium Bosscha Gagal Deteksi Bulan

JABARNEWS | BANDUNG BARAT – Para peneliti Observatorium Bosscha tidak mendapati hilal atau bulan sabit muda penanda awal Ramadhan, dalam kegiatan pengamatan yang dilakukan di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (12/4/2021). 

Peneliti Observatorium Bosscha, Yatny Yulianty menyatakan, hasil pengamatan tersebut telah langsung disampaikan ke Kementerian Agama yang menggelar sidang isbat.

“Observatorium Bosscha melaporkan hilal tidak berhasil teramati hingga terbenamnya bulan pada pukul 18:08 WIB. Cuaca dalam keadaan mendung merata memberikan halangan untuk mendeteksi sabit bulan tipis,” kata dia saat dihubungi melalui telepon.

Dia menjelaskan, hilal ialah bulan sabit muda yang bisa diamati setelah matahari terbenam dan setelah konjungsi. Konjungsi terjadi pada pukul 9.30 WIB, lalu matahari terbenam pada pukul 17:49 WIB, atau sekitar 17 menit sebelum bulan terbenam. 

Baca Juga:  Fadli Zon Akan Jadi Saksi Kasus Penyebaran Berita Bohong Habib Bahar

“Jadi, yang bisa disebut hilal adalah ketika matahari sudah terbenam, ketika tadi, pukul 17.49 WIB. Kalau bulan sabit terlihat pada saat itu, artinya itu sudah bisa disebut hilal. Kalau sabit teramati sebelum matahari terbenam, itu masih belum bisa disebut hilal, disebutnya itu ya sabit muda,” tuturnya.

Yatny menyebutkan, sepanjang hari ini cuaca di Lembang cukup mendung, sehingga para peneliti Observatorium Bosscha belum bisa mendeteksi bulan sejak pagi. Padahal, teleskop yang digunakan untuk mengamati hilal sudah diarahkan ke posisi bulan.

“Posisi teleskop sebetulnya sudah mengarah ke bulan sejak pagi, tapi karena cuaca, sampai bulan terbenam tadi itu, kami enggak dapat citra bulan seharian ini. Dari pengamatan kami, hasilnya negatif, tidak teramati bulannya, hilalnya juga tidak teramati,” katanya.

Baca Juga:  Komunitas Pasien Cuci Darah Gugat Jokowi Lagi, Ini Sebabnya

Menurut dia, pengamatan dilakukan menggunakan dua buah teleskop berukuran 106 mm dan 66 mm berjenis refraktor yang masing-masing dilengkapi detektor kamera berbasis CCD. 

Citra yang ditangkap oleh kamera kemudian diproses menggunakan perangkat pengolahan citra untuk meningkatkan tampilan sabit bulan. 

“Kegiatan ini merupakan pengamatan internal yang hanya dihadiri oleh staf Observatorium Bosscha, untuk mematuhi imbauan agar tidak berkegiatan yang melibatkan banyak orang di suatu tempat selama pandemi Covid-19,” tuturnya.

Pengamatan hilal, lanjut dia, bisa diikuti oleh masyarakat melalui live streaming pada kanal YouTube resmi Observatorium Bosscha. 

Tim Observatorium Bosscha juga tidak melakukan pengamatan di daerah Kupang, Nusa Tenggara Timur, seperti yang biasa dilakukan. Sejak dua tahun lalu, tim Observatorium Bosscha meniadakan pengamatan di Kupang.

Baca Juga:  Ratusan Anggota LSM GMBI Geruduk Dinas Pendidikan Indramayu

“Biasanya kan kami berusaha mencari lokasi pengamatan yang tinggi potensi cerahnya, jadi di Kupang. Namun, karena pandemi, kami belum memutuskan untuk ke Kupang lagi. Ya harus terima cuaca yang ada di Bosscha,” ucapnya.

Terkait dengan penetapan 1 Ramadhan, Yatny menekankan, pihaknya menyerahkan kepada hasil dari sidang isbat. Tim Observatorium Bosscha hanya melaporkan hasil pengamatan yang telah dilakukan.

“Di Indonesia, pihak yang berwenang menentukan awal Ramadhan dan Syawal adalah pemerintah Republik Indonesia melalui proses sidang isbat,” katanya.

“Tugas Observatorium Bosscha adalah menyampaikan hasil perhitungan, pengamatan, dan penelitian tentang hilal kepada unit pemerintah yang berwenang jika diperlukan sebagai masukan untuk sidang itsbat,” tekan dia. (Yoy)