Soal Sujud Freestyle, IPNU Purwakarta Tegaskan Ibadah Tidak Untuk Candaan

JABARNEWS | PURWAKARTA – Jagat dunia maya, baru-baru ini heboh dengan aksi sejumlah bocah yang melakukan gerakan sujud freestyle saat shalat. Aksi para bocah tersebut dianggap meresahkan dan membahayakan.

Hal tersebut membuat Ketua Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kabupaten Purwakarta, Muhammad Nawawi, angkat bicara.

Pasalnya, kata dia, ibadah shalat merupakan ibadah yang sakral dan tidak untuk bahan candaan.

“Anak-Anak mungkin melakukan hal tersebut atas ketidaktahuan, maka kita selaku kakak ataupun orang tua harus melakukan pendampingan dan pengawasan kepada anak-anak agar hal tersebut tidak terulang lagi,” ucap Nawawi sapaan akrabnya, Pada Kamis, (22/4/2021)

Baca Juga:  300 Koperasi Di Kota Tasik Tidak Aktif

Ia menyebutkan, tren gerakan sujud “freestyle” mirip handstand ini disebut terinspirasi dari salah 1 emoji game online Free Fire.

“Tak jelas betul kenapa dari sekian banyak emoji, yang dicontoh malah gerakan yang membahayakan. perilaku anak-anak ini tidak terlepas dari minimnya pengawasan orang tua,” beber Nawawi.

Di saat-saat seperti ini (covid-19), kata dia, yang mana sekolah atau pun pembelajaran dilakukan secara online, secara otomatis anak-anak dalam kesehariannya menggunakan gawai.

Baca Juga:  Sepekan Berlalu, Pelaku Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Belum Terungkap

“Maka dari itu, kita harus tingkatkan pengawasan dan bimbingan kepada anak agar tidak terpengaruh hal-hal yang negatif,” ungkapnya.

Selain merusak kekhusyukan ibadah, sambung Nawawi, tren ini berisiko memicu patah tulang leher yang fatal. Terlebih karena yang melakukan kebanyakan dari anak-anak.

“Pada anak-anak tulangnya relatif tipis, lebih kecil dibandingkan pada orang dewasa sehingga pada anak-anak lebih mudah patah dibandingkan orang dewasa,” jelasnya.

Baca Juga:  Duh, Hadapi Perempat Final Piala Menpora 2021, Persib Terbatas Anggaran

Seharusnya, lanjut dia, bocah-bocah itu lebih membutuhkan edukasi. Jangan hanya saja di bully yang bisa memicu psikologi mereka.

“Anak-anak itu hanya mencontoh sesuatu yang diamatinya dalam keseharian, sehingga peran orang tua sangat penting. Mereka bisa mendampingi anak untuk memilih hiburan sesuai dengan usia. Pendampingan itu dibutuhkan karena anak-anak belum bisa berpikir sebab-akibat secara hipotetikal,” pungkasnya. (Gin)