Ancaman Gelombang Kedua Kasus Covid-19, Ini Kata Epidemiolog Unpad

JABARNEWS | BANDUNG – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan India sebagai negara tertinggi kedua yang memiliki 21.491.598 kasus Covid-19.

Kasus Covid-19 di India juga menimbulkan kematian sebanyak 234.083 jiwa. Informasi tersebut dibagikan oleh WHO melalui website resminya, Jumat (7/5/2021)

Epidemiolog Universitas Padjadjaran (Unpad), Budi Sujatmiko, turut menanggapi lonjakan kasus Covid-19 di India dengan menjadikan kasus di sana sebagai pembelajaran bagi Indonesia. 

Baca Juga:  Angkot di Padang Hulu Mendadak, Tiga Pelajar Asal Tebing Tinngi Alami Luka Bakar

Budi Sujatmiko pun mengimbau masyarakat agar tetap menjaga protokol kesehatan. Pasalnya, lonjakan kasus Covid-19 di India dipicu oleh kepuasan warga atas penurunan kasus, selain pula karena digelar festival keagamaan.

“Penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin adalah kunci untuk mengendalikan wabah ini,” ujar Budi Sujatmiko melalui keterangan tertulis, dikutip dari laman Unpad.

Budi Sujatmiko menambahkan, semua pihak diimbau untuk saling bekerja sama dalam pemutusan rantai penularan covid-19.

Baca Juga:  Kapolri Listyo Sigit Merotasi 18 Jenderal dan Perwira Lain, Ini Daftarnya

“Pemerintah kota kabupaten harus berperan aktif untuk mengontrol setiap keramaian dan kerumuanan yang terjadi dan memastikan protokol kesehatan dapat dilakukan dengan baik dan benar,” ujarnya.

Budi Sujatmiko juga mengungkapkan bahwa vaksinasi harus berjalan dengan cepat dan agresif.

“Pemerintah juga harus mengusahakan proses vaksinasi berjalan dengan cepat dan agresif, sehingga masyarakat rentan telah tervaksin lebih dahulu,” ungkap Budi.

Baca Juga:  Mandi di Pinggir Sungai Cisanggarung Cirebon, Bocah Hilang Tenggelam

Epidemiolog Unpad ini pun mengatakan, lockdown dan Pembatasan Sosial Beskala Besar (PSBB) harus secara ketat dilakukan ketika gelombang kedua terlanjur terjadi.

“Jika gelombang wabah kedua telah terlanjur terjadi tidak banyak yang dapat dilakukan, selain melakukan pembatasan sosial yang ketat atau lock down,” katanya. (Red)