Asal-Usul Angklung Badeng Sebagai Kesenian Khas Garut Jawa Barat

JABARNEWS | BANDUNG – Tak kalah dengan beberapa wilayah lain yang ada di Provinsi Jawa Barat. Garut ternyata memiliki beragam kesenian yang menarik untuk kita ulas, seperti Kesenia Badeng.

Kesenian Angklung Badeng lahir pada tahun 1800-an, seiring dengan meningkatnya syiar agama islam di Garut. Kesenian ini diciptakan oleh seorang tokoh penyebar agama islam bernama Arpaen dan Nursaen yang berasal dari Banten dan menetap di desa Sanding-Garut.

Badeng berasal dari kata pahadreng yang artinya “bermusyawarah”. Menurut informasi lain, kata badeng itu berasal dari bahasa Arab yaitu baidun yang berarti “aneh”.

Baca Juga:  Libur Kampanye, Demiz Pilih Main Film

Mumu Safei (pemimpin grup badeng Medal Cipta) menjelaskan bahwa keanehan badeng pada masa lalu berhubungan dengan gerak tari badeng yang meloncat-loncat. Gerak ini mengikuti ritme musiknya. Gerak lain adalah gerak mengangkat kaki yang merupakan kreasi Mumu dengan sumber dari pencak silat.

Angklung badeng di desa Sanding-Garut pada mulanya berfungsi sebagai sarana upacara padi. Hal ini didasari oleh informasi yang menyatakan bahwa dahulu masyarakat melaksanakan pola tanam huma. Dalam perkembangan selanjutnya seni badeng ini lebih berfungsi sebagai sarana penyebaran agama islam.

Baca Juga:  Berikut Desakan PMII Kota Bandung Pada Pemerintah Soal Matinya Roda Ekonomi

Dalam kesenian ini terdapat syair lagu yang menggunakan bahasa Arab, Sunda dan kemudian bahasa Indonesia. Pada masa perjuangan kemerdekaan, seni badeng dijadikan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat untuk memasukkan paham perjuangan dengan menggunakan sindiran-sindiran untuk mempengaruhi masyarakat.

Baca Juga:  Menko PMK: Rumah Tangga Miskin di RI Masih Tinggi, Berimbas Pada Stunting

Pertunjukan badeng pada masa lalu disertai dengan atraksi debus. Tetapi ketika seni badeng dipimpin oleh Mumu Safei, atraksi debus tidak ada lagi karena setelah pemainnya meninggal dunia, dan tidak ada lagi penggantinya.

Kini badeng tidak tampil dalam acara dimasyarakat saja. Akan tetapi seni ini muncul dalam acara yang diselenggarakan oleh pemerintah, misalnya “Pekan Seni Tradisional Jawa Barat”, dan sebagai pengisi acara keramaian dalam perayaan hari nasional. (Red)