Kursi dari Sampah, Kadisdik Purwakarta: Bisa Jadi Solusi Kekurangan Mebeler

JABARNEWS | PURWAKARTA – Berinovasi dan mencari solusi atas persoalan pendidikan, terus dilakukan Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta.

Melalui pendidikan karakter dengan program tatanen di bale atikan dinas pendidikan terus melakukan rekayasa pembelajaran yang kontektual berbasis pemecahan masalah.

Salah satunya adalah memecahkan persoalan lingkungan dan sampah menjadi bermanfaat. Berawal dari keprihatinan melihat banyaknya sampah yang berpotensi menimbulkan penyakit, pemanfaatan sampah melalui kegiatan pembuatan ecobrick pun menjadi solusi.

Sebagaimana dipraktekkan oleh siswa siswi SMPN 1 Pasawahan, SMPN 2 Pasawahan dan SMPN 10 Purwakarta, di halaman kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, belum lama ini.

Baca Juga:  Siap Produksi Massal, Vent-I Akan Dikirim ke Seluruh Indonesia

Perwakilan ketiga sekolah tersebut mempraktekkan pembuatan ecobrick berupa kursi yang berasal dari sampah plastik dan limbah pakaian.

Menurut Purwanto, program Tatanen di bale atikan itu berorientasi pada siswa, siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran melalui berbagai model pembelajaran. Siswa harus bisa merumuskan masalah dan memecahkan masalah yg dihadapinya.

“Selama ini sekolah-sekolah belum optimal melibatkan anak dalam pembelajaran yang berbasis pada masalah-masalah hidup sehari-hari,” ucap Purwanto, pada Sabtu (12/6/2021).

Contoh kecil, kata dia, bahwa sampah yang tiap hari diproduksi di dapur-dapur mereka tidak dipandang sebagai masalah sekaligus potensi yang bisa dimanfaatkan.

Baca Juga:  Kini di Saudi Turis Asing Bukan Mahram Diperbolehkan Tidur Sekamar

Padahal, sambung Purwanto, sekolah bisa menjadikan pembelajaran lintas disiplin ilmu dan menjadikan sampah ini sebagai sumber dan media belajar mereka.

“Nah program tatanen di bale atikan itu orientasinya kesitu. Kan sangat solutif botol plastik dan sampah plastik bisa jadi ekobrik dan dibuat kursi. Sehingga kita tidak usah pusing mikirin kekurangan kursi di sekolah,” jelasnya.

Untuk itu, lanjut Purwanto, pihaknya akan minta sekolah-sekolah minimal punya satu kelas yang kursinya berasal dari ecobrick, biar hemat APBD tidak harus membeli kekurangan kursi.

Baca Juga:  Sekuel Film Legendaris Petualangan Sherina Tengah Digodok

“Bisa dipastikan jika ini dilakukan sampah plastik yang mencemari tanah dan air di lingkungan kita juga bisa berkurang,” tutur Doktor Administrasi Pendidikan UPI.

Untuk diketahui, kini SMPN 1 Pasawahan sudah memiliki 64 buah kursi ecobrick atau setara dengan 2 kelas.

Sementara, di SMPN 10 Purwakarta memiliki 32 buah atau setara satu kelas. Sedangkan di SMPN 2 Pasawahan baru menghasilkan 3 set yang terdiri dari 4 kursi 1 meja dalam satu setnya. (Gin)