Sikapi Stabilitas Keuangan, BI Jabar Adakan Forum Dialog

JABAR NEWS | BANDUNG – Bertempat di lantai 5 Bale Pajajaran, Kantor Perwakilan wilayah (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Barat (Jabar) menggelar kegiatan Forum Dialog Stabilitas Keuangan Daerah.

Selain dihadiri langsung Kepala KPw BI Jabar Juda Agung juga terlihat hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Grup BI Jabar Ismet Inono, Pimpinan OJK, seluruh perbankan yg tergabung dalam Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Jabar dan perbankan pelaku sektor keuangan di daerah Provinsi Jawa Barat.

Juda mengatakan kegiatan ini ditujukan sebagai media komunikasi dan dialog antara BI, OJK dan para pelaku disektor keuangan khususnya perbankan dalam melakukan asesmen terhadap stabilitas keuangan didaerah dan dalam menyikapi kondisi stabilitas keuangan di Jawa Barat.

Baca Juga:  UPI Bandung Melesat ke Final Liga Mahasiswa Piala Menpora

“Kegiatan ini merupakan pertama kalinya diadakan KPw BI Jabar yang kedepannya akan menjadi agenda rutin,” kata Juda, Jum’at (31/03/2017).

Dalam kegiatan tersebut Juda menyampaikan bahwa secara umum kondisi makroekonomi Jabar cukup solid disertai dengan stabilitas keuangan yang terjaga.

Ini tercermin dari kinerja ekonomi kawasan Jawa pada tahun 2016 yang membaik, dimana pertumbuhan ekonomi Jabar meningkat cukup signifikan pada tahun 2016 tumbuh 5,67 % (yoy) dibandingkan tahun 2015 (5,04 %).

“Inflasi IHK Februari 2017 tercatat sebesar 0,23% (mtm) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,97%,” jelasnya.

Baca Juga:  Warga Cianjur Diimbau Lakukan Rapid Test Sebelum ke Luar Kota, Ini Alasannya

Selain itu dari sisi stabiltas keuangan Jabar, perkembangan intermediasi perbankan mulai mengalami peningkatan setelah pertumbuhan kredit mencapai titik terendahnya ditahun 2016.

Pada tahun 2017, kredit tumbuh 8,09%, meningkat dibandingkan akhir tahun 2016 sebesar 7,09% (manufaktur, PHR dan kontruksi).

“Pertumbuhan DPK juga meningkat dari 8,07% menjadi 8,92% didorong oleh peningkatan deposito khususnya kepemilikan korporasi,”tambah Juda.

Juda mengungkapkan berdasarkan asesmen makroekonomi secara keseluruhan, maka secara umum kebijakan diarahkan untuk memelihara momentum pertumbuhan ekonomi ditengah peningkatan resiko global.

Kebijakan tersebut tercermin dalam penetapan suku bunga BI 7-day Reverse Repo yang dipertahankan 4,75% dengan suku bunga Deposit Facility tetap pada 4,00% dan Lending Facility tetap sebesar 5,50%.

Baca Juga:  Video: Fakta Dibalik Mobil Klasik Yang Terbakar di Pondok Indah

“BI juga senantiasa mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ungkapnya.

Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dari sisi mikroekonomi, antara lain penyaluran kredit yang lebih diarahkan pada sektor yang potensial dengan resiko kredit rendah serta kewilayah-wilayah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun tingkat penyaluran kredit yang masih rendah.

“Dari sisi rekomendasi secara mikro, peran pengenalan perbankan perlu ditingkatkan dalam upaya meningkatkan akses perbankan kepada UMKM yang belum banklabe,” pungkas Juda. (Zal)

Jabar News | Berita Jawa Barat