Bingung! Kelangkaan Stok Oksigen Berimbas ke Petani Ikan, Tak Bisa Banyak Panen

JABARNEWS | CIANJUR – Imbas dari kelangkaan stok oksigen turut dirasakan petani ikan di kawasan Waduk Jangari, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Akibat keterbatasan oksigen, kini produksi ikan dirasakan menurun drastis.

Dilansir dari detik.com, seorang petani ikan di kawasan Waduk Jangari, Hendra mengangaku terbatasnya stok oksigen membuat petani tak bisa banyak memanen ikan.

“Kalau panen dan pendistribusian kan butuh oksigen untuk kantong ikannya. Tidak bisa diisi hanya angin biasa, ikan bisa mati saat perjalanan. Makanya ketersediaan oksigen yang terbatas membuat petani ikan kebingungan,” ujar dia, Senin (5/7/2021).

Baca Juga:  PPKM Di Karawang, Cellica Nurrachadiana: Industri Tetap Berjalan

Menurutnya dalam sehari, petani di kawasan Jangari membutuhkan 50 tabung berukuran besar dengan isi tabung seberat 100 kilogram. Satu tabung tersebut, lanjut dia, cukup untuk 300 balon atau kantong ikan dengan total berat 3 ton.

“Jadi dalam sehari itu produksi ikan Jangari bisa mencapai 150 ton. Dengan hitungan 3 ton produksi butuh 1 tabung oksigen, sehari kita butuh 50 tabung oksigen untuk kantong ikan,” jelas dia.

Sayangnya lanjut dia, tingginya permintaan oksigen untuk kebutuhan medis membuat pasokan oksigen ke petani dibatasi. Bahkan dari bandar yang biasanya mendapatkan pasokan 15-20 tabung kini hanya dapat 5 tabung.

Baca Juga:  Geram Pembangunan Proyek Rusak Kawasan Adat, Majelis Adat Sunda Datangi DPRD Jabar

“Turunnya drastis, dibatasi dari agennya. Katanya stok yang ada dialihkan untuk kebutuhan medis,” kata dia.

Terbatasnya stok oksigen, lanjut Hendar, membuat petani tidak bisa panen secara maksimal. Petani memilih untuk menunda panen di sebagian tambak hingga stok oksigen kembali normal.

Akibatnya ikan sudah tidak masuk dalam kebutuhan pasar, sebab ukurannya sudah terlalu besar. Hal itu juga mengakibatkan harga ikan anjlok, dari yang semula Rp 25 ribu per kilogram menjadi Rp 20 ribu per kilogram.

Baca Juga:  Satgas TMMD Rehab Mushola

“Jadi serba dilema, mau panen oksigen untuk kantong distribusi ikan tidak ada. Kalau dipaksakan dikirim ikan tidak akan bertahan. Kalau ditunda panen, ukurannya sudah tidak masuk pasaran. Otomatis harga turun, dan hasil yang didapat juga hanya cukup menutupi biaya produksi, tidak ada untung,” ungkapnya.

“Saya mengaku tidak keberatan dengan kondisi oksigen yang diprioritaskan untuk medis karena lonjakan kasus. Tapi kalau bisa produksinya ditingkatkan, supaya petani ikan juga tidak kelabakan,” ujarnya. (Red)