Tanggapan Ketua Umum AMS Terkait Golkar Tidak Usung Dedi Mulyadi

JABAR NEWS | BANDUNG – Ketua Umum Angkatan Muda Siliwangi (AMS)Noerry Ispandji Firman angkat bicara terkait hiruk pikuk Pilkada Jawa Barat yang saat ini tengah terjadi. Ia menyoroti sikap politik yang ditempuh oleh DPP Partai Golkar yang mencalonkan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, berpasangan dengan Anggota DPR RI Daniel Muttaqien.

Politisi senior Partai Golkar tersebut berkaca pada Pilkada Jawa Barat Tahun 2008 dan 2013. Saat itu, partai besar memajukan kader terbaiknya seperti Ahmad Heryawan, Dede Yusuf, Dani Setiawan, Iwan Sulandjana, Agum Gumelar, Nukman Abdul Hakim, Rieke Dyah Pitaloka, Irianto MS Syaifudin alias Yance dan Tatang Farhanul Hakim.

Baca Juga:  Ajang Balapan Jalanan Resmi di Bekasi Ditunda, Polisi: Menunggu Waktu Tepat

“Semua berkompetisi dengan sehat, tanpa gesekan yang berarti, tidak saling menyakiti dan semua masih dalam koridor kekeluargaan khas masyarakat Jawa Barat,” tegas Noerry, Senin (06/11/2017) di Sekretariat AMS Pusat, Jalan Braga, Kota Bandung.

Pada gelaran tahapan Pilkada 2018 kali ini, Noerry mengaku tidak menemukan suasana tersebut. Ia mengatakan Pilkada kali ini tidak memiliki ‘rasa’ Jawa Barat sama sekali. Hal ini dibuktikan dengan pilihan politik yang dilakukan DPP Partai Golkar yang ia nilai cenderung memaksakan keinginan dengan mengusung Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.

“Kader yang sudah berjuang lama malah tidak direkomendasi oleh partainya. Ini jelas pelanggaran etika. Akibatnya, jutaan kader Partai Golkar meradang dan sakit hati. Kader sendiri kok dibonsai dan dibunuh karakternya. Jangan kita melupakan sejarah, Dedi Mulyadi ini kader terbaik yang bekerja keras untuk partai” katanya menambahkan.

Baca Juga:  Mudik Lebaran 2023, Angka Laka Lantas di Karawang Diklaim Turun 40 Persen, Polisi Beberkan Ini

Berkaca pada konstelasi koalisi di internal partai yang mengusung Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Noerry menjelaskan bahwa dukungan Partai Nasdem, PKB dan PPP sudah cukup sebagai tiket untuk maju dalam Pilgub Jawa Barat 2018 mendatang. Baginya, merupakan sikap tidak ksatria saat pria berkacamata tersebut menerima dukungan dari Partai Golkar.

Baca Juga:  Buron Sejak 2019, Eks Kades di Sukabumi Ditangkap di Tasikmalaya

“Ksatria itu selalu bertempur di medan tempur, bukan malah mencuri kuda lawan sebelum perang sehingga lawan tidak bisa bertempur. Jelas ini bukan karakter orang Jawa Barat, orang Jawa Barat itu punya etika,” tegasnya geram.

Mantan pengurus DPD Golkar Jawa Barat pada masa kepemimpinan Yance itu pun mengajak semua pihak menjunjung tinggi etika politik, baginya kepentingan masyarakat Jawa Barat tidak boleh diintervensi oleh orang luar Jawa Barat.

“Tentu tidak boleh, ini Jawa Barat Pak, jangan sampai diintervensi oleh orang luar Jawa Barat,” pungkasnya. (Red)

Jabar News | Berita Jawa Barat