Lebih Mematikan, Virus Corona Varian Delta Plus Sudah Masuk Indonesia

JABARNEWS | BANDUNG – Kemunculan varian baru virus corona, yakni varian Delta Plus di India beberapa waktu lalu sempat jadi sorotan lantaran dikhawatirkan bisa memicu gelombang baru COVID-19. 

Berdasarkan laporan NBC News per 2 Juli lalu, varian Delta Plus sudah diidentifikasi di 11 negara, termasuk Amerika Serikat. Namun, saat ini varian Delta Plus sudah masuk Indonesia.

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Subandrio membenarkan bahwa varian Delta Plus atau varian bernama resmi AY.1 sudah masuk Indonesia. 

Disebutkan, sudah ada tiga kasus varian Delta Plus yang tersebar di dua wilayah Indonesia. “Sudah ada di Mamuju (Sulawesi Barat) dan Jambi,” ujar Prof Amin, dikutip dari Detik, Selasa (27/7/2021).

Baca Juga:  Ini Alasan Robert Alberts Liburkan Pemain Persib Usai Penyisihan Piala Menpora

Lantas, apa perbedaan varian Delta dengan varian Delta Plus?

Mengutip tayangan video WHO di Twitter, Kepala Ilmuwan WHO Dr Soumya Swaminathan memberikan penjelasan tentang varian Delta dan Delta Plus.

Soumya mengatakan, varian Delta pertama kali terdeteksi di India, dan tercipta berkat gabungan mutasi, sehingga menyebabkan varian tersebut menjadi lebih menular ketimbang virus aslinya.

“Varian Delta setidaknya dua kali lebih menular dibandingkan dengan virus aslinya. Artinya, jika seseorang terinfeksi varian itu, mereka kemungkinan akan memiliki viral load lebih tinggi,” kata Soumya, seperti dilansir Kompas.

Dia mengatakan, viral load yang lebih tinggi itu menyebabkan pasien yang terinfeksi lebih mudah menularkan virus terhadap orang lain.

Baca Juga:  Adira Finance Gelar Festival Pesona Lokal di Bandung

“Dan oleh karena itu, kemungkinan satu orang tidak hanya dapat menularkan virus ke dua orang, tetapi dapat menularkan virus ke empat, enam, atau bahkan delapan orang,” ujar dia.

Kendati demikian, Soumya menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 yang saat ini beredar dan didistribusikan ke masyarakat, sejauh ini masih efektif, setidaknya mencegah sakit parah yang ditimbulkan dari infeksi virus corona.

Sementara itu, Soumya menjelaskan bahwa penyematan kata Plus pada varian Delta adalah karena varian itu diketahui telah mengalami mutasi lebih lanjut. Mutasi tersebut juga ditemukan pada varian Beta dan juga varian Gamma.

“Mutasi itu memiliki potensi untuk memengaruhi respons antibodi dalam melawan virus. Sehingga, ada sedikit kekhawatiran bahwa varian ini akan menjadi lebih mematikan, karena ia menjadi lebih kebal terhadap obat-obatan dan vaksin,” kata Soumya.

Baca Juga:  Hari Lanjut Usia Nasional, Ribuan Lansia di Sergai Ikuti Vaksinasi Massal 

Akan tetapi, menurut Soumya, segi positifnya adalah kasus yang terkait dengan varian Delta Plus masih sangat jarang ditemukan, bahkan secara global.

“Jadi apa yang harus dilakukan? Kita harus terus mengawasi varian ini. Kita harus meningkatkan kapasitas pengurutan genom di berbagai negara di seluruh dunia. Sehingga kita bisa melacak perkembangannya,” ujar Soumya.

Selain itu, penelitian lebih lanjut terkait varian Delta Plus juga harus terus dilakukan, untuk mengungkap karakteristik-karakteristik lain yang mungkin dimiliki varian ini.

“Kita harus melacak dan mengumpulkan informasi terkait itu,” kata Soumya. (Red)