Peribahasa Sunda Dan Pendidikan Karakter

Penulis: Bram Herdiana (Guru SMK Pariwisata Telkom Bandung)

Pernyataan dari Gubernur Jabar, Ridwan Kamil bahwa dasar peluncuran program Jabar Masagi karena adanya keprihatinan dan kekhawatiran meluasnya dampak negatif arus informasi sehingga berpengaruh terhadap moralitas dan perilaku generasi muda khususnya kalangan pelajar. Implementasi program Jabar Masagi yang diambil dari nilai budaya adalah Surti (memahami), Harti (mengetahui), Bukti (mempraktekan), dan Bakti (mengamalkan) dalam kehidupan sehari-hari. Program Jabar Masagi nantinya diterjemahkan dalam program di sekolah-sekolah SMA, SMK dan SLB melalui program di luar kurikulum.

Menyikapi hal tersebut di atas, Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat kemudian mengeluarkan Kurikulum Masagi yaitu kurikulum yang merupakan implementasi Kurikulum Nasional berbasis karakter dan based learning dengan kearifan lokal Jawa Barat. Kadisdik Jabar, Dedi Supandi menjelaskan, Kurikulum Masagi bertujuan menjembatani kebutuhan pembelajaran peserta didik di bidang akademis dan life skill. Sehingga, Kurikulum Masagi ini memberikan fleksibilitas antara Kurikulum Nasional dan Daerah. Fleksibilitas tersebut juga akan memudahkan pembelajaran di masa adaptasi kebiasaan baru saat ini. Kurikulum Masagi diimplementasikan melalui model pembelajaran Problem Based Learning, Project Based Learning dan Kearifan lokal Budaya Jawa Barat. Implementasi Kurikulum Masagi tersebut dimaksudkan untuk memberi pengalaman pembelajaran berbasis aktivitas pada semua satuan pendidikan pada jenjang pendidikan SMA, SMK, dan SLB. Pembelajaran proyek dengan siklus belajar empat Niti, yaitu Niti Surti, Niti Harti, Niti Bukti dan Niti Bakti.

Baca Juga:  Buruh Di Tasik Berharap Upah Naik Tapi Harga Tetap

Menurut bahasa, kearifan lokal terdiri dari dua kata, yaitu kearifan dan lokal. Di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kearifan artinya bijaksana, sedangkan lokal artinya setempat. Dengan demikian pengertian kearifan lokal menurut tinjauan bahasa merupakan gagasan-gagasan atau nilai-nilai setempat atau lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang mengajarkan tentang bagaimana ‘membaca’ potensi alam dan menuliskannya kembali sebagai tradisi yang diterima secara universal oleh masyarakat, khususnya dalam berarsitektur. Nilai tradisi untuk menselaraskan kehidupan manusia dengan cara menghargai, memelihara dan melestarikan alam lingkungan.

Tujuan dari Program Jabar Masagi merupakan pendidikan karakter yang berdasarkan pada pendidikan budi pekerti dan moral. Pendidikan ini berdampak pada peningkatan akhlak dalam menjalani kehidupan sosial dan mengandung keluhuran nilai-nilai kearifan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks budaya dari berbagai wilayah di Jawa Barat. Perkembangan zaman yang kini sudah mulai serba digital, berdampak besar pada perilaku masyarakat, khususnya murid-murid di dunia maya atau dunia sehari-hari. Untuk pelaksanaan program tersebut maka harus ada upaya agar tujuan pembentukan karakter murid-murid terbentuk sehingga menjadi generasi yang berbudi pekerti yang baik maka salah satunya cara, para guru bisa melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan menggunakan materi pelajaran berupa peribahasa-peribahasa Sunda atau paribasa Sunda yang memiliki nilai-nilai budi pekerti atau moral yang baik bagi pembentukan karakter murid-murid.

Baca Juga: 

Setiap daerah di Indonesia memiliki peribahasa-peribahasa yang mengajarkan kebajikan dan kebijakan sebagai manusia. Secara umum Peribahasa memiliki beberapa fungsi, antara lain memberikan nasihat atau petuah, sebagai tanda identitas pembicara dalam suatu kelompok, pengamatan terhadap suatu keadaan dan memperindah bahasa percakapan. Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) khususnya guru-guru yang mengajar di SMK pariwisata akan selalu berhadapan dengan murid-murid jurusan Tata Boga atau Jasa Boga yang disaat teori apalagi praktek, murid-murid tersebut sangat akrab dengan nama-nama bahan pangan baik beras, daging, ikan, buah-buahan juga sayuran.

Banyak peribahasa Sunda yang bisa digunakan untuk membentuk karakter murid-murid. Para guru bisa menggunakan peribahasa Sunda yang dikaitkan dengan bahan-bahan yang selalu digunakan dalam proses pengolahan makanan dan minuman. Salah satu peribahasa Sunda contohnya, Asa aing uyah kidul hartina boga rasa pangbisana atawa pang punjulna. Artinya sombong, merasa paling bisa, merasa lebih dari yang lain. Bisa juga peribahasa Sunda seperti Ambekna sakulit bawang hartina babarian pisan ambek, jeung mun geus ambek tara sakeudeung. Artinya artinya cepat marah dan marahnya lama.

Baca Juga:  Tips Agar Betah Menumpang Travel dalam Perjalanan Jauh

Ada juga peribahasa Sunda lainnya seperti, Asa nanggeuy endog beubeureumna nyaeta kacida nyaahna, yang artinya sangat menyayanginya. Lalu ada istilah Caina hérang laukna beunang nyaeta hasil pamaksudan ku cara lantip bari teu aya pacengkadan, artinya tercapai tujuan secara rapih tanpa meninggalkan masalah, sukses tanpa ekses. Contoh lainnya misalnya, Buah ragrag moal jauh tina tangkalna nyaeta sipat anak moal jauh tina sipat kolotna, artinya yaitu sifat anak tidak jauh dari sifat orangtuanya. Juga ada istilah Adat kakurung ku iga, artinya diri seseorang susah berubahnya.

Memanusiakan manusia adalah tujuan utama dari pendidikan sehingga kegiatan belajar mengajar mengajar harus dilakukan sebagai kegiatan yang menyenangkan dan mampu membentuk karakter murid-murid berbudi pekerti dan moral yang baik sesuai dengan nilai-nilai agung kearifan lokal masyarakat Jawa Barat. Perubahan jaman karena teknologi merupakan sebuah tantangan yang harus dijawab dengan menghaluskan perasaan-perasaan sebagai manusia dalam hal ini khususnya murid-murid. Kurikulum Jabar Masagi adalah salah satu jawaban yang dibuat untuk mengatasi perubahan jaman tetapi murid-murid tetap memiliki budi pekerti dan moral yang baik. (*)

Isi tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis