Antisipasi Banjir Bandang, Pemkab Bogor Segera Jalankan Normalisasi Sungai Cidurian

JABARNEWS | BOGOR – Anggota Tim Percepatan Pembangunan Kabupaten Bogor Saepudin Muhtar mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) akan segera menjalankan program normalisasi Sungai Cidurian.

Hal tersebut sebagai upaya untuk menangani banjir bandang di empat kecamatan, yakni Cigudeg, Jasinga, Nanggung, dan Sukajaya.

“Kita lakukan normalisasi tahun ini, sudah proses lelang dan masa sanggah,” kata Saepudin, Jumat (17/9/2021).

Dia menjelaskan, program normalisasi akan dilakukan pada aliran sungai di Desa Kalong Sawah Kecamatan Jasinga. Pasalnya, lanjut Saepudin, di titik itu terjadi pengendapan material longsor hebat usai bencana yang terjadi pada Januari 2020.

Baca Juga:  Menyoal Oknum Setoran Dana Gempa, LBH Cianjur: Perilaku Kejahatan Sosial Kemanusian!

“Program normalisasi tersebut meliputi pembuatan bendung, pembangunan tembok penahan tebing (TPT), dan pengerukan material yang mengendap,” jelasnya.

Saepudin menyampaikan, berdasarkan hasil investigasi oleh Badan Informasi Geospasial menunjukkan bahwa telah terjadi pembentukan aliran baru dari Sungai Cidurian. Aliran sungai baru tersebut disebabkan adanya bendungan irigasi yang diduga jebol akibat tidak kuat menahan aliran dengan debit kencang.

Sementara itu, Koordinator Bidang Pemetaan Kebencanaan dan Perubahan Iklim BIG Ferrari Pinem menyebutkan, aliran sungai tersebut awalnya kecil dan akhirnya bertambah besar seiring waktu karena sungai yang lama tidak mengalirkan air akibat proses sedimentasi atau pengendapan yang terus-menerus.

Baca Juga:  Sanggar Seni Domyak Ngawangun Desa Sindangpanon Terus Lestari Kesenian Khas Purwakarta

“Pengendapan yang terus terjadi membuat terbentuk lekukan yang semakin tajam dan akhirnya membentuk neck atau sumbatan aliran. Neck membuat aliran air terhambat dan lambat laun sungai menjadi mati. Sungai mati ini di kemudian hari akan menjadi danau tapal kuda atau Oxbow Lake,” ucap Ferrari.

Dia menyatakan, pengendapan yang terjadi di wilayah tersebut akibat material longsor yang terbawa aliran dari daerah hulu. Pasalnya, pada Januari 2020 terjadi longsor hebat di wilayah Sukajaya dan sekitarnya.

Baca Juga:  Siswa Belum Divaksin, SMAN 1 Sei Rampah Gagal Gelar PTM Terbatas

“Bila kita telusuri ke daerah hulu seperti Kampung Urug di Sukajaya, masih banyak ditemukan sisa-sisa material longsor. Material longsor ini besar kemungkinan terbawa aliran sungai dan terendapkan di wilayah hilir, terutama pada wilayah yang mengalami penurunan gradien sungai,” paparnya.

Atas dasar itu, Ferrari menyimpulkan bahwa material longsor tersebut menjadi salah satu penyebab cepatnya terjadi pembentukan sedimentasi dan aliran sungai baru. Material sedimentasi akan mengakibatkan penyempitan alur sungai dan mengakibatkan proses aliran terhambat. (Red)