Kisah Nomaden Di Zaman Now

JABARNEWS|KOTA TASIKMALAYA – Di zaman maju seperti sekarang ini mungkin tidak ada yang bisa membayangkan bisa hidup berpindah-pindah untuk bertahan hidup atau dikenal juga dengan istilah nomaden.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nomaden diartikan sebagai sekolompok orang yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap, berkelana dari satu tempat ke tempat lain. Biasanya motivasi terbesar untuk berpindah bagi kaum nomaden didorong oleh kebutuhan hidupnya ataupun kondisi tertentu, seperti musim, ketersediaan bahan pangan, maupun suasana ‘politik’ di suatu daerah.

Teknologi yang semakin maju yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan kebutuhan, membuat manusia jadi lebih mudah. Tapi siapa sangka di zaman seoerti sekarang ini masih ada kisah nomaden ini. Tak perlu jauh-jauh mencari ke negara lain, kita pun bisa menemukan kisah nomaden ini di pinggiran Kota Tasikmalaya.

Pasalnya sosok pasangan pasutri usia senja, Abah Uli (83) dan emak Engkar (65) itu mirip seperti kehidupan Nomaden zaman dulu. Sudah puluhan tahun, pasangan yang saat ini tinggal di sekitar pemakaman Gunung Jambu, Kelurahan Tugu Jaya, Kec Cihideng, Kota Tasikmalaya tersebut hidup berpindah-pindah atau nomaden.

Baca Juga:  Kantong Empedu Rusak Karena Terlalu Sering Makan Pedas, Ini Penjelasannya

Merunut Elon (63), salah seorang warga Gunung Jambu, Kelurahan TuguJaya, Kec Cihideng, Kota Tasikmalaya, sejak dirinya beranjak remaja hinga mempunyai cucu, Abah Uli dan Emak Engkar itu sudah berada disekitar situ.

“Seingat saya dari saya beranjak remaja hingga saya kemarin punya cucu, Abah Uli dan emak Engkar sudah ada disekitar sini. Mereka hidupnya berpindah – pindah kaya jaman dulu (nomaden),” katanya,Sabtu (03/03/2018).

Elon bercerita, pasangan pasutri itu tinggalnya memang tak menentu. Bahkan sebelum mereka tinggal di samping pemakaman itu seperti sekarang, si abah dan emak sempat tinggal di puncak gunung sekitar makam Gunung Jambu.

“Setau saya alasan mereka hidup seperti itu karena setelah pulang transmigrasi dari Sumatra, katanya dia tidak bawa apa-apa dari rantaunya.Kurang lebih si Abah hidup menderita seperti ini selama 24 tahunan,”ungkap Elon

Baca Juga:  Hati-hati Saat Menggunakannya, Pakaian Serta Aksesoris Ini Ancam Kesehatan

Elon membeberkan, si Abah dan si Emak ini sebenarnya mempunyai nak 5, serta memiliki cucu dan buyut. Ditotal berjumlah 12 orang. “Anak-anaknya sering jenguk Tapi iya itu, anak-anaknya juga sama kehidupannya dibawah banget,”ungkapnya.

Elon tak menampik jika selama ini memang kedua pasangan pasutri itu terkadang mendapatkan bantuan dari pemerintah. Tapi soal yang lainnya Elon mengaku tidak tahu.

“Kalau ditanya kondisi mereka saya selalu sedih. Apalagi menurut kabar, Abah sama Emak ini diminta untuk pindah dari lokasi tanah sekitar pemakan.Ini saja yang ketiga kalinya mereka pundah pindah tempat karena yang mereka tinggal itu bukan milik mereka. Kalau mereka musti tinggalkan lokasi itu, mereka musti tinggal kemana,”katanya

Merasa prihati akan kondisi Abah Uli dan Emak Engkar, Elon mengatakan jika sebagian warga saat ini tengah memikirkan solusi untuk tempt tinggal keduanya.

Baca Juga:  Warga Antusias, Bendung Rentang Dipakai Latihan Atlet Kano Asian Games

“Kehidupan mereka sangat memprihatinkan. Untuk sehari-hari saja mereka dapatkan dari hasil mulung yang nilainya hanya Rp 40 ribu sebulan,” terangnya.

Sementara itu, Abah Uli dan Emak Engkar hanya bisa pasrah soal kabar bahwa mereka harus segera angkat kaki dari sekitar pemakaman Gunung Jambu.

“Iya,kalau disuruh pergi ya kami akan pergi,”kata Abah Uli.

Saat tim jabarnews.com bertanya kenapa musti bingung cari tempat lagi, mengingat mereka masih punya, Abah Uli mengatakan itu tidak mungkin dilakukan. Karena kehidupan kelima anaknya pun hampir sama dengan dirinya.

“Iya kalau anak saya itu senang, saya akan ikut sementara. Tapi kenyataannya dari kelima anak saya, kehidupannya pun hampir sama. Hanya saja mereka masih bisa bekerja serabutan untuk hidupi keluarganya,”ungkapnya

“Jadi kami akan jalani hidup seperti ini saja. Kasihan kalau hidup kami dibebankan ke anak dan cucu,” ucap Abah dan Emak di gubuknya. (yud).

Jabarnews|Berita Jawa Barat