Menteri Eko: Fokus Satu Prukades Kunci Kemajuan Ekonomi Desa

JABAR NEWS | Jakarta – Kemajuan desa-desa di Indonesia ditentukan oleh kekuatan produk unggulan di wilayah tersebut. Fokus pada satu produk menjadi salah satu kunci untuk bisa meningkatkan skala produksi produk unggulan yang telah ditetapkan.

Hal tersebut disampaikan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo pada acara Jakarta Marketing Week di Jakarta, Selasa (09/05/2017).

“Desa desa yang maju itu sudah fokus pada sektor produksi tertentu, jadi bisa terintegrasi dari hulu ke hilir. Desa memiliki peluang yang sangat besar untuk dikelola sehingga dapat mengurangi kesenjangan desa dan kota,” ujarnya.

Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di perdesaan, Kemendes PDTT pun terus mendorong empat program prioritasnya.

Pertama adalah Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) dengan mengedepankan klasterisasi ekonomi di desa. Kedua adalah pembentukan embung yang bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, sehingga ke depannya setiap embung yang dikelola dengan baik akan diberi bibit ikan.

Baca Juga:  Inilah Fungsi Materai Sesuai Berdasarkan Undang-undang

Ketiga adalah pembentukan dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mendorong desa menjadi mandiri dan mendapat penghasilannya sendiri. Terakhir adalah pembangunan sarana olahraga karena kemajuan suatu daerah juga didukung dengan masyarakatnya yang sehat.

“BUMDes bisa jadi perusahaan kelas dunia. Contoh yang sukses bisa kita kloning ke desa-desa lain. Jika terus kita kembangkan, maka desa akan menciptakan kelas menengah dan konglomerat-konglomerat baru,” jelas Menteri Eko.

Hal senada disampaikan Bupati Bojonegoro Suyoto yang mengatakan jika perdesaan serius untuk maju, maka harus fokus pada problema, yaitu bagaimana memproduksi, menghasilkan nilai tambah, dan pemasarannya.

Baca Juga:  Ngaku Tidak Puas Usai Open BO, Seorang Pria Malah Tewas Dianiaya

Ia pun menyontohkan daerah seperti Bengawan Solo yang bisa sukses meski rawan banjir.

“Kita coba tanami kebun belimbing. Harga awalnya Rp10.000-12.500. Setelah dijadikan wisata banjir, harganya menjadi 25 ribu karena wisatawan ingin menikmati sensasi naik getek saat banjir ke kebun belimbing. Lebih jauh lagi, distribusinya sampai ke supermarket retail,” ungkapnya.

Suyoto menambahkan, terdapat 456 embung di Bojonegoro yang telah dimanfaatkan untuk berbagai hal. Selain untuk mengairi lahan bawang, embung yang ada juga dijadikan tempat rekreasi dan produksi ikan.

“Kalau dirasa manfaatnya dan cocok, masyarakat bisa nyediain cuma-cuma. Terbukti indeks kebahagiaan naik. Tahun lalu terdapat 760 ribu kunjungan wisata. Desa bisa menjadi pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.

Baca Juga:  Aturan Penggunaan Mobil Dinas untuk Mudik Lebaran

Sementara itu, Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Perum BULOG Imam Subowo mengajak masyarakat untuk memajukan BUMDes dan berbisnis pada masyarakat desa.

Selain itu, pria yang menjadi bagian dari komisaris PT Mitra BUMDes Nusantara itu juga akan fokus pada mengoptimalkan BULOG yang berfungsi sebagai stabilitator harga pangan pokok dari produsen sampai konsumen.

“Kita dekati konsumen dengan membangun Rumah Pangan Kita dan dekati petani sebagai produsen melalui BUMDes. Semisal untuk produksi padi. Harus ada untung untuk petani, tapi produksi BULOG yang ambil. Kalau gagal panen, ada asuransi,” terangnya. (Red: jpp)

Jabar News | Berita Jawa Barat