Jokowi Ingin Gandeng Prabowo Jadi Cawapres

JABARNEWS | JAKARTA – Presiden Joko Widodo ingin menggandeng Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai cawapres pada Pipres 2019. Alasannya, jika dua tokoh itu disandingkan, upaya untuk menjaga persatuan bangsa bisa dilakukan.

Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Romahurmuziy, saat Jokowi menawari Prabowo sebagai cawapres, itu berkaca pada Pilkada DKI Jakarta yang dipenuhi ketegangan dan berpotensi memicu konflik.

“Beliau menyampaikan, bayangkan gaduhnya Republik ini. DKI Jakarta saja yang satu provinsi luar biasa gaung perbedaannya. Kemudian intoleransi meningkat dengan simpul-simpul agama,” kata politisi yang akrab disapa Romi itu, di sela Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama PPP, di Hotel Patra, Semarang, dikutip laman Kompas, Jumat (13/4/2018).

Baca Juga:  Fasilitas Mudah, Minat Baca Di Majalengka Menurun

Romi membebeberkan, Jokowi sendiri menawari Prabowo untuk menjadi Cawapres pada Pilpres 2019, bukan sekadar wacana.

“Bulan November Pak Jokowi dan Pak Prabowo dua kali bertemu. Tahun 2017. Dan di situ ada semacam keinginan. Kalau melihat kalimatnya bisa jadi Pak Jokowi yang berinisiatif. Kenapa saya tahu? Karena waktu itu Pak Jokowi menanyakan kepada saya,” kata Romi.

Baca Juga:  Kota Tasikmalaya Tengah Bersiap Terapkan Tatanan Normal Baru

Dikatakan Romi, Jokowi sempat menanyakan pendapatnya jika ia menggandeng Prabowo sebagai cawapres pada Pilpres 2019. Dia mengaku menyambut baik ide Jokowi tersebut.

“Prabowo merespons positif tawaran tersebut. Dua pekan yang lalu, Prabowo mengirim utusan ke Jokowi untuk menanyakan kelanjutan tawaran cawapres. Namun, Jokowi belum bisa menjawab karena masih harus mendengar masukan dari semua ketua umum parpol yang beberapa di antaranya masih berada di luar negeri atau masih disibukkan urusan partai,” terangnya.

Baca Juga:  Pemkab Tasikmalaya Lakukan Deteksi Penyebaran Covid-19 di Kalangan Santri

Selanjutnya Romi menjelaskan, pelaksanaan Pemilu 2019 yang digelar serentak dan diikuti sekitar 320.000 calon anggota legislatif (caleg), potensi perpecahan bisa terjadi jika Jokowi dan Prabowo kembali berhadapan. Masing-masing caleg, lanjutnya, akan mengampanyekan Jokowi dan Prabowo sekaligus karena waktu pencoblosan Pileg dan Pilpres berbarengan.

“Masing-masing (caleg) mengampanyekan hanya dua kutub. Jokowi atau Prabowo. Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya. Dan itu tak terjadi pada Pilpres 2014 karena Pileg duluan,” kata Romi. (Des)

Jabarnews | Berita Jawa Barat