Sirnalanggeng Semakin Sirna

JABARNEWS | KARAWANG – Pertambangan batu di gunung Sirnalanggeng, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat makin memprihatinkan. Pegunungan yang dulu hijau kini ‘telanjang’. Bentuk kerucut tak lagi terlihat. Gunung setinggi 334 Meter Di atas Permukaan Laut (Dpl) itu nampak hilang setengahnya.

Di bagian selatan lereng gunung tersebut, pepohonan sudah lenyap. Mulai dari kaki gunung sampai puncak, yang nampak hanya bongkahan dan retakan bebatuan besar.Dikutipm dari detik, Selasa (8/5/2018), puluhan penambang beraktivitas di lereng-lereng gunung, sejumlah kendaraan berat dan truk pengangkut nampak lalu lalang sejak pagi hingga tengah hari.

Hasil pengukuran geospasial Koalisi Melawan Tambang (KMT) Kabupaten Karawang pada Desember 2017 menunjukkan eksploitasi di Sirnalanggeng sudah mencapai 1,053 Km persegi. Dengan ketinggian mencapai 150 meter, pengerukan bebatuan andesit di gunung itu sudah mencapai hampir 40 persen.

Baca Juga:  Ombudsman Minta PLN Lebih Transparan kepada Konsumen

“Penambangan telah merubah bentuk dan ekosistem gunung Sirnalanggeng. Berdasarkan penelitian kami, mata air di gunung itu telah hilang karena telah habis ditambang. Dampaknya, Sungai Cicaban dan Sungai Cipagadungan menjadi kering saat kemarau,” ujar Yuda Febrian Silitonga, dari KMT Karawang.

Hilangnya mata air di gunung Sirnalanggeng juga berdampak pada Kanal Irigasi Tarum Barat. Menurut Yuda, air di kanal irigasi untuk pertanian itu berkurang hingga 10 liter per detik. Alhasil, pasokan air bagi DKI juga berkurang. Data dari PAM Jaya menunjukkan, setelah air di Sungai Cicaban dan Cipagadungan berkurang, mereka defisit air hingga 4.500 liter per detik.

“Itu data dari PAM Jaya. Kita sudah bandingkan langsung hasil pengukuran kita dengan data dari PAM Jaya,” kata Yuda lagi.

Baca Juga:  Emak-emak di Purwakarta Cekcok dengan Pekerja KCIC, Longsoran Lumpur Kerap ke Pemukiman

Kesulitan air saat kemarau juga dirasakan sebagian warga di kaki gunung Sirnalanggeng. Saat ini bukan hal aneh jika mereka kerap membeli air untuk kebutuhan sehari – hari.

“Beberapa tahun terakhir, air menjadi sulit. Kalau sudah begitu, biasanya warga di sini beli ke luar,” kata Supriyadi (47), warga Desa Cintalanggeng.

Gunung Sirnalanggeng terletak di Desa Kutalanggeng dan Cintalanggeng, Kecamatan Tegalwaru. Sejak 2002, gunung itu mulai ditambang. Pada 2012, konsesi Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Sirnalanggeng dipegang oleh PT Atlasindo Utama. Perusahaan itu memegang izin operasi tambang hingga tahun 2020.

Sejumlah elemen masyarakat di Karawang kerap berkampanye supaya pertambangan di Sirnalanggeng tak lagi diteruskan. Selain Koalisi Melawan Tambang, kampanya penolakan juga dilakukan para pemanjat tebing dari Climbing Partners Karawang. Mereka berharap, gunung Sirnalanggeng tidak sampai habis atau rata dengan tanah.”Sebagai penikmat panjat tebing, kami bisa kehilangan tempat bermain, kami harap Sirnalanggeng tidak rata dengan tanah. Karena gunung itu punya tebing batu alami yang sangat bagus,” kata leader Climbing Partners Ahmas Dadan.

Baca Juga:  Terbakar Api Cemburu, Seorang Pemuda Tega Bunuh Sepupu

Sejak 2013, Ahmad dan rekan-rekannya kerap memanjat tebing di Sirnalanggeng. Pada 2014, tebing yang biasa mereka panjat telah hilang ditambang. “Mata air yang biasa kami temui juga telah kering,” ujar Arip Munawir dari Climbing Partners.

“Karena itu kami berkampanye menolak tambang karena tempat bermain kami telah hilang,” Arip menambahkan. (Yfi)

Jabarnews | Berita Jawa Barat