Kampung Kumuh Disulap Warga Jadi Lahan Ekonomis

JABARNEWS | BANDUNG – Kerap terendam banjir limpahan Sungai Citepus, wilayah RW 4 Kelurahan Pajajaran terkenal menjadi kawasan kumuh.

Namun seiring waktu dan kolaborasi multidimensional warga dan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, berhasil menangani banjir. Hingga kini kawasan itu menjadi asri.

Tak hanya asri, kawasan tersebut kini lebih produktif.

Camat Cicendo, Fajar Kurniawan, mengatakan, awalnya ia melakukan pendekatan kultural untuk mengajak masyarakat berpartisipasi mengatasi masalah lingkungan. Mulai dari pembersihan sedimentasi sungai hingga pemanfaatan lahan terbuka untuk urban farming.

“Kami memberdayakan 158 orang petugas gorong-gorong dan 95 Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas). Tim ini dioptimalkan sebagai kekuatan fungsional. Nah warga menerima, lalu ikutan,” tutur Fajar, dalam Bandung Menjawab di Media Lounge Balai Kota Bandung, Selasa (22/5/2018).

Baca Juga:  Pertama Di Indonesia, Kini Jabar Punya Forum Komunikasi Kepala Bidang PAUD Dikmas

Pengangkat sampah dan sedimen sungai itu menggunakan troli, karena melewati jalan sempit, selama dua bulan.

Karena sedimen sungai tetap menumpuk di titik-titik tertentu. Warga berinisiatif memasukkan tanah sedimen tersebut ke dalam polybag untuk dijadikan media tanam.

“Sampah anorganiknya dimasukkan ke bank sampah yang sudah kita bentuk. Sedimen lainnya jadi media tanam dimasukkan ke dalam pot-pot,” jelas Fajar.

Warga, lannjtunya, kemudian meninggikan kirmir sungai dan memasang paranggong di atas kirmir sepanjang 350 meter. Paranggong itu kemudian digunakan warga untuk menempatkan polybag-polybag tersebut yang telah ditanami tumbuhan sayur.

Baca Juga:  Proyek Bandara Cikembar Sukabumi Mandek Disorot Dewan

“Warga merawat tanaman-tanaman di atas kirmir. Sampai akhirnya bisa dipanen dan dijual. Akhirnya mendatangkan sumber ekonomi untuk masyarakat,” katanya.

Warga semakin antusias dengan kegiatan urban farming di wilayahnya. Kini setiap keluarga memiliki wilayah urban farming dan mengelolanya sendiri. Beberapa keluarga bahkan menanam tumbuhan di atap-atap rumah mereka.

Setelah tiga tahun, masyarakat menjadikan urban farming sebagai kegiatan unggulan daerah. Bahkan, banyak yang datang berkunjung ke kawasan tersebut untuk studi tiru atau sekadar membeli sayuran segar hasil bertani warga.

Baca Juga:  Polres Purwakarta Awasi Proses Pelipatan Kertas Suara Pemilu 2024

“Bahkan rumah warga yang dulunya membelakangi sungai, sekarang berangsur-angsur menjadi menghadap sungai. Karena mereka merasa lebih mudah mengurus tanaman di depan rumah ketimbang di belakang. Ini kan sangat bagus,” papar Fajar.

Kini, kawasan urban farming itu telah mampu menghasilkan berbagai macam tumbuhan yang dijual di Bandung Agri Market. Beberapa tumbuhan yang ditanam antara lain cabai, selada, tomat, pakcoy, golden melon, labu madu, blewah, brokoli, sampai tanaman hias.

“Ke depannya kami ingin membangun kawasan wisata dengan mengecat kampung menjadi warna-warni. Ini yang sedang kami koordinasikan,” ucap Fajar. (Vie)

Jabarnews | Berita Jawa Barat