Etos Institut: Maman-Jefry Berpeluang Menang Di Pilkada Majalengka

JABARNEWS | MAJALENGKA – Pasangan calon nomor urut 1 Maman-Jefry dinyatakan berpeluang menang dalam Pilkada Majalengka 2018. Hal ini karena ada beberapa faktor pendukung yang menguatkannya. Penegasan ini diungkapkan lembaga Survei Etos Institut.

Direktur Eksekutif Etos Institute, Irwan, mengatakan, Etos Institute telah terlibat dalam beberapa kali pelaksanaan survey di wilayah Majalengka. Pihaknya bahkan telah melakukan tiga kali survey bertahap. Dia memprediksi bahwa akan ada perubahan signifikan dalam momen pilkada tahun ini.

“Yang dapat menjadi catatan kami, berdasarkan hasil survey yang kami lakukan, akan terjadi perubahan signifikan dalam keputusan politik di pilkada nanti. Mengapa begitu? Karena trend pemilih yang dalam hal ini diwakili oleh responden secara jelas dan tegas memperlihatkan adanya keinginan untuk keluar dari situasi status quo. Ya, masyarakat Majalengka menginginkan perubahan.” ungkapnya, dalam rilis yang dikirimkannya, Rabu (20/6/2018).

Baca Juga:  Laga Uji Coba Timnas U-23 Disiapkan Hadapi Amerika Latin dan Afrika

Irwan mengatakan, pihaknya meyakini bahwasanya lembaga yang dikelolanya melakukan survey secara obyektif. Dengan responden yang mencapai 98 persen. Sehingga survei yang dilakukan lembaganya bukanlah subyektif.

“Keyakinan saya bukanlah keyakinan subjektif melainkan sebuah keyakinan yang disandarkan pada faktor-faktor objektif. Hal itu didasarkan pada hasil survey kami yang akurasinya bisa kami pertanggungjawabkan. Rata-rata tingkat kepercayaan responden berada di angka 98 persen, itu bukan perkara sepele. Ini kan bukan argumen yang hanya didasarkan pada curi-curi dengar atau sekedar lewat. Dan ingat, secara berjenjang bertahap kami mengujinya dalam tiga kali survey. Itu jelas terukur.”ujarnya.

Baca Juga:  Ratusan Koper Calhaj Purwakarta Diberi Gantungan Unik

Dijelaskannya, jika trend pemilih menolak status quo dan menginginkan perubahan bagi kepemimpinan di Kabupaten Majalengka maka akan dipilih pasangan kandidat yang sama sekali baru. Tidak mungkin pemilih menolak status quo tapi pilih pasangan kandidat yang memiliki unsur kekuatan lama. Mustahil pemilih menginginkan perubahan tetapi yang dipilih teriris dengan kekuasaan lama. Pemilih akan memilih yang benar-benar baru.

“Mari kita petakan ketiga pasangan calon, Karna-Tarsono itu representasi kekuatan lama, Sanwasi-Taufan itu teriris dengan pejabat bupati saat ini. Gak mungkin kan mereka jadi simbol perubahan? Itu perilaku asimetris, menyimpang. Coba komparasi dengan pasangan Maman-Jefri, mereka inilah simbol perubahan sebenarnya. Pernyataan saya ini tidak tanpa dasar, ada surveynya lho.”tegasnya.

Baca Juga:  Rabbani Gelar Silahturahmi Rutin Bersama Insan Pers

‎Irwan menuturkan, terkait adanya kecurangan dalam Pilkada, siapapun yang terkoneksi dengan kekuasaan definitif memiliki akses untuk melakukan kecurangan. Mengapa? Karena mereka masih menguasai instrumen kekuasaan yang dengan berbagai cara dapat melakukan manipulasi dan bahkan sabotase. Itu terjadi di banyak Pilkada.

“Saya tidak percaya politik uang dalam hal ini suap terhadap pemilih dapat secara signifikan memenangkan seseorang. Pemilih kita tidak sehina itu, yang mau merubah pilihan hanya karena uang. Yang ada uang diambil, pilih yang diyakini jalan terus.” tandasnya. (Rik)

Jabarnews | Berita Jawa Barat