Untuk Cawapres, Jokowi Disarankan Pilih Tokoh Islam

JABARNEWS | JAKARTA – Pengamat politik, Boni Hargens, mengatakan, Presiden Joko Widodo memiliki otoritas sendiri untuk menentukan pendampingnya dalam pilpres 2019. Meski begitu, Jokowi harus mempertimbangkan faktor politik Islam hingga politik bernuansa SARA dalam menentukan pilihannya.

“Saya melihat dengan munculnya kebangkitan Islam politik maka figur yang dibutuhkan adalah seorang pemimpin muslim yang intelek, punya wawasan. Sama dengan Pak Jokowi yang memahami Indonesia. Artinya, yang menjamin masa depan Pancasila, UUD 1945 dan NKRI,” kata Boni, dikutip CCN Indonesia, Kamis (12/7/2018).

Baca Juga:  579 TPS Disiapkan KPU Kota Cirebon

Dukungan kepada Jokowi diyakini Boni akan semakin meningkat jika yang bersangkutan mengambil wakil dari kalangan pemikir muslim.

“Apalagi belakangan survei bahwa 70-an persen pemilih muslim mendukung Pak Jokowi. Ini akan memperkuat dengan munculnya muslim yang intelek sebagai wakil presiden. Saya pikir ini akan menjadi kekuatan baru,” katanya.

Boni menyinggung nama-nama kandidat cawapres yang telah dikantongi Jokowi.

Dari 10 nama yang sempat beredar, dia menduga ada dua nama tokoh Islam yakni mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan Ketua MUI Ma’ruf Amin.

Baca Juga:  Sah! Pertamina Naikan Harga 3 Jenis BBM Ini

“Saya pikir tokoh besar. Cuma nanti apakah salah satu dari nama itu kita enggak tahu,” ujarnya.

Berdasarkan nama yang beredar itu, Boni mengatakan, bakal mengerucut hingga tinggal satu calon yang juga merupakan hasil kesepakatan semua partai koalisi.

“Semua akan setuju. Ini saya kira hasil kesepakatan semua partai. Pak Jokowi ini ahli strategi. Dia tahu betul bagaimana mengambil keputusan. Sehingga saya pikir tidak ada kontroversi terkait itu,” kata dia.

Baca Juga:  Facebook Rilis Aplikasi Riset Pasar Viewpoint

Boni tak memungkiri bisa saja Jokowi memilih pendamping dari latar belakang ekonom. Artinya, sosok yang memahami persoalan ekonomi bangsa, sebab menurutnya tantangan Indonesia saat ini tak hanya kebangkitan ideologi radikal tetapi juga faktor ekonomi.

“Ya, hari ini kan tantangan ekonomi selain tantangan sosial kebangkitan-kebangkitan ideologi-ideologi radikal tapi faktor utama juga ekonomi,” katanya. (Des)

Jabarnews | Berita Jawa Barat