Jangan Dari Botol Besar, Bayi Dapat Beresiko Terkena Obesitas

JABARNEWS | BANDUNG – Tahukah Anda bahwa ada sebuah fakta yang cukup mencengangkan dari dunia bayi? Ukuran botol susu bayi ternyata berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bayi yang minum susu dari botol besar cenderung mengalami kenaikan berat badan mulai usianya 6 bulan daripada yang tidak.

Ketika bayi berusia dua bulan, peneliti mendata berat badan mereka berdasarkan ukuran botol mereka yang berkisar dari 60 ml sampai 300 ml. Sekitar 45 persen minum susu dari botol yang berukuran 175 ml. Hasil yang ditunjukkan pun cukup mencengangkan. Bayi yang minum dari botol berukuran 175 ml ke atas cenderung mengalami kenaikan berat badan 0,21 kg dalam enam bulan.

Baca Juga:  KPU Punya Waktu Tiga Hari untuk Tetapkan Jokowi-Ma'ruf Capres-Cawapres Terpilih

Selain itu bayi yang tetap minum susu dari botol sampai usianya lebih dari dua tahun juga berisiko terkena obesitas dalam 2-3 tahun ke depan. Anak usia dua tahun sebenarnya sudah bisa makan dan minum di meja makan. Namun, jika ia minum susu dari botol yang biasa dilakukan di dalam mobil atau sambil tiduran, maka kalori yang diasup akan makin besar dan menyebabkan obesitas.

Tak cuma menyebabkan obesitas saja, inum susu dari botol juga berisiko menyebabkan kerusakan gigi anak. Karenanya sangat disarankan agar buah hati berhenti mengonsumsi susu formula dari botol saat usianya sudah mencapai 12-14 bulan.

Obesitas pada bayi dapat terjadi karena kadar gula yang ditransfer melalui ASI. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Keck School of Medicine di University of Southern California menunjukkan bahwa kandungan gula fruktosa dalam makanan bisa ditransfer dari ibu ke bayi melalui ASI. Dari penelitian tersebut diketahui jika kandungan gula fruktosa yang ditransfer oleh ibu lewat ASI bisa meningkatkan risiko bayi memiliki berat badan berlebih atau obesitas.

Baca Juga:  Walhi: Darurat, Kekeringan Terus Meluas Di Jawa Barat

Gula fruktosa bukanlah komponen alami dari ASI, jenis gula ini bisa ditemukan dalam buah, makanan olahan dan soda. Kandungan fruktosa ini disebut sebagai “gula sisa” yang berasal dari makanan ibu.

Goran, direktur pendiri Childhood Obesity Research Center Di Keck School of Medicine mengatakan, jika bayi dan anak-anak dibiarkan mengonsumsi gula fruktosa dalam jumlah yang banyak selama proses pertumbuhan dan perkembangannya, maka mereka akan lebih berisiko mengalami masalah dengan perkembangan kognitifnya serta menciptakan risiko seumur hidup mengalami obesitas, diabetes, penyakit liver dan penyakit jantung.

Baca Juga:  Ini Penyebab Kram Otot Saat Tidur, Diantaranya Kekurangan Cairan

Penelitian lain telah menunjukkan bahwa kandungan gula fruktosa dan pemanis buatan dalam ASI sangat merusak dan berbahaya selama periode pertumbuhan dan perkembangan kritis di tahun pertama setelah anak lahir. Itu sebabnya, kandungan fruktosa dalam ASI sangat berisiko terhadap kesehatan anak.

Itulah tadi sedikit ulasannya dan semoga dapat bermanfaat untuk Anda. (Fin)

Sumber artikel ini diambil dari Vemale

Jabarnews | Berita Jawa Barat