Prospek Ekonomi Jawa Barat Diperkirakan Terus Membaik

JABAR NEWS | BANDUNG – Kondisi Perekonomian di Jawa Barat diprediksi akan terus membaik meski nilai inflasi di Jawa Barat saat ini berada pada angka 4,14 persen.

Hal ini seperti dikatakan Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Barat (Jabar), Wiwiek Sisto Widayat, dalam press conference mengenai perkembangan ekonomi terkini dan prospek perekonomian Jabar, di Kantor BI Jabar, Kamis (08/06/2017).

“Iya, prospek ekonomi di Jawa Barat akan terus membaik diperkirakan berada pada kisaran 5,5% sampai 5,9%, dari sisi konsumsi diperkirakan masih kuat didorong oleh suku bunga yang turun serta pemulihan ekonomi global yang diperkirakan tumbuh 3,5% pada tahun ini (2017),” kata Wiwiek.

Baca Juga:  BPBD: Kekeringan dan Kebakaran Dominasi Bencana di Sukabumi

Wiwiek menjelaskan, dari sisi lapangan usaha, ada lima lapangan usaha yang menjadi andalan Jawa Barat yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Jabar, Kelima lapangan usaha tersebut ialah industri pengolahan, perdagangan, pertanian, konstruksi dan transportasi.

“Kelima indutri ini berperan penting dalam meningkatkan peran Jawa Barat dalam MEA dimana kawasan ASEAN merupakan tujuan ekspor utama Jawa Barat,” jelasnya.

Sementara itu, untuk pertumbuhan kredit sendiri melambat dibandingkan posisi pada akhir triwulan I 2017 sebesar 8,40%, sementara pada sisi sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah pada triwulan I 2017, Jawa Barat kembali mengalami net inflow sebesar 13,19 triliun rupiah.

Baca Juga:  Bersiap! PTM di Kota Bandung Akan Digelar Pada Pekan Kedua September

“Kredit kembali melambat setelah triwulan sebelumnya yang mengalami peningkatan, perlambatan ini terutama terjadi pada jenis kredit investasi dan kredit konsumsi,” ungkapnya.

Untuk perlambatan kredit itu sendiri menurut Wiwiek, dilatar belakangi oleh NPL di Jawa Barat yang mengalami peningkatan walau masih berada pda level aman yakni di bawah 5%.

“Secara sektoral, penyaluran kredit di lapangan usaha konstruksi, perdagangan, pertanian dan jasa melambat, sedangkan kredit industri pengolahan meningkat, penyaluran kredit UMKM juga mengalami perlambatan dari 23,28% turun menjadi 11,45%,” tambah Wiwiek.

Baca Juga:  Sungai Meluap, Senderan Sungai Di Kutamanggu Majalengka Jebol

Besaran net inflow 13,19 triliun rupiah tersebut tercatat mengalami peningkatan dibandingkan periode triwulan IV 2016 yakni sebesar 6,57 triliun rupiah dikarenakan efek seasonal awal tahun (droping anggaran).

Terkain inflasi di Jawa Barat yang beradapada angka 4,14% perlu diwaspadai meskipun masih dalam kisaran aman.

“Penyumbang inflasi terbesar adalah dari tarif listrik, harga bawang putih, bawang merah, telur dan lain-lain. Untuk tarif listrik sendiri diperkirakan akan tetap berdampak pada inflasi triwulan mendatang,” pungkas Wiwiek. (Nur)

Jabar News | Berita Jawa Barat