Dedi Mulyadi Tekankan Kader Golkar Jabar Harus Jadi Corong Ideologi

JABARNEWS | PURWAKARTA – Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi menekankan kepada seluruh kadernya di Jawa Barat agar menjadi corong ideologi. Menurut dia, gerakan meraih simpati dan suara konstituen tidak boleh semata gerakan politik.

Hal ini terungkap di sela kegiatan Pelatihan Kader Teritorial Golkar Jabar. Tepatnya, di Plaza Hotel, Purwakarta, Jum’at (3/8/2018) malam.

“Kader Golkar itu harus menjadi corong ideologi, bukan corong politik. Karena itu, mereka harus berpegang pada ideologi Pancasila dalam membangun gerakan. Negeri ini harus diisi suasana tenang dan damai dalam proses demokrasi,” katanya.

Momen Pileg dan Pilpres 2019 menurut Dedi, tidak boleh disikapi sebagai ‘abad ketegangan’ bagi bangsa Indonesia. Dia menegaskan perbedaan pilihan politik merupakan keniscayaan sehingga tidak seharusnya memecah belah persaudaraan.

Baca Juga:  Maci Doakan Ridwan Kamil Sebelum Nyoblos

Ketua Golkar Jabar Dedi Mulyadi

“Media sosial ini kan seolah membingkai bahwa negeri ini sedang terjadi peperangan antara dua kutub. Golkar Jabar memiliki kewajiban menyadarkan publik bahwa ini merupakan proses demokrasi yang biasa. Nalarnya harus nalar ketenangan dan kedamaian, bukan nalar peperangan,” ujarnya.

Golkar Sebagai Partai Tengah

Platform kekaryaan yang dimiliki Partai Golkar menurut Dedi sangat akomodatif menyediakan ruang bagi seluruh anak bangsa. Baik dari kalangan religius maupun nasionalis. Naungan kepentingan untuk dua ceruk ini sangat dibutuhkan untuk menciptakan spirit kebangsaan.

Baca Juga:  Asik Bermain, Dua Pelajar SD Tewas Tenggelam Di Waduk Perkebunan Sawit

“Negeri ini jangan dibelah seolah ada dua kutub yakni nasionalis pluralis dengan religius. Islam sendiri kan mengajarkan pluralitas. Sementara, kami meyakini bahwa orang-orang pluralis juga memiliki nilai religiusitas. Tidak boleh ada dikotomi ideologi antara Pancasila dan Islam,” ucapnya.

Golkar sendiri menurut Dedi, merupakan ‘anak kandung’ sejarah bangsa Indonesia. Sebelum kelahiran partai berlambang pohon beringin itu, terjadi benturan antara kaum komunis dan kaum agamawan. Kemudian, Golkar lahir sebagai sintesa dari kedua platform tersebut.

Baca Juga:  Jawa Barat Kekurangan Guru PNS, Ini Harapan Wagub Uu

“Kalau melihat sejarah, Golkar ini merupakan sintesa konflik kaum komunis dan kaum agama. Golkar menjadi pelaku dalam sejarah kebangsaan kita. Karena itu, tidak boleh kita kembali pada sejarah kelam bangsa ini,” katanya.

Nilai ideologi ini kata Dedi, harus menjadi spirit gerakan partai di semua tingkatan. Sehingga, publik Indonesia menjadi cerdas dan memiliki ‘pisau ideologi’ yang kuat saat memandang sebuah fenomena.

“Kita berharap, grassroot partai maupun publik secara umum menjadi cerdas. Mereka arif saat menyatakan sikap dalam setiap fenomena di tengah masyarakat. Pedomannya, tetap Pancasila,” tuturnya. [jar]

Jabar News | Berita Jawa Barat