Berada Di Patahan Aktif, Tim Petakan Potensi Gempa Indramayu

JABARNEWS | Indramayu – Kabupaten Indramayu dinilai memiliki potensi kerawanan gempa bumi, pasalnya Indramayu berada di atas tiga patahan aktif yang rentan bergerak. Namun potensi tersebut dinyatakan masih aman.

Tiga patahan tersebut adalah Baribis, Cimanuk, dan Bumiayu. Dan apabila patahan tersebut terpicu, maka pergerakan akan terjadi yang dapat menimbulkan dampak bagi lingkungan. Namun tak hanya Indramayu, lanjutnya, wilayah Majalengka dan Sumedang pun berada di patahan-patahan tersebut.

“Malahan jaraknya lebih dekat ke sumber patahan. Untuk Indramayu lebih jauh jaraknya dari sumber patahan,” kata Ketua Tim Survei Geologi Badang Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Asdani Soehaemi.

Didampingi Kepala Sub Bidang Pemetaan Tematik Pusat Survey Badan Geologi, Wisnu Hajar, Indramayu. Asdani membenarkan bahwa Indramayu menyimpan kerawanan terjadinya gempa karena dilewati oleh tiga patahan yang statusnya masih aktif.

Baca Juga:  Masih Tertahan di Pengungsian, Korban Gempa Cianjur Mulai Diserang Ispa dan Dehidrasi

Karenanya tim ahli dari Pusat Survei Geologi Badang Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) melakukan penelitian di Desa Pagedangan dan Desa Sukaperna, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, Senin (20/6/2018).

Dilansir dari kabar-cirebon.com, hasil survei dan pemetaan tersebut akan keluar satu bulan kedepan. Hasil itu nantinya bisa menjadi pedoman bagi pemangku kebijakan dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan di daerah tersebut.

Ditambahkannya, secara geologis, Kabupaten Indramayu ditutupi oleh batuan berumur kuarter yang relatif muda dan bersifat lepas yang rentan terhadap bahaya guncangan tanah akibat gempa bumi. Wilayah itupun diduga dilalui patahan-patahan aktif yang sulit diidentifikasi karena tertutupi oleh endapan kuarter tersebut.

Baca Juga:  Pelopor Pemuda Pariwisata Purwakarta Dukung Pariwisata

Penelitian hanya difokuskan di Desa Pagedangan dan Sukaperna. Sebab di kedua desa tersebut pernah terjadi semburan gas pada 2015 dan akhir 2017 lalu. Pihaknya mengaku melakukan pemetaan mikrozonasi untuk mengetahui kondisi bawah permukaan yang sulit dipetakan.

Namun dengan pemetaan mikrozonasi, akan diketahui zona-zona wilayah mana saja yang memiliki tingkat kerentanan terhadap guncangan tanah atau batuan berupa zona kerentanan guncangan tinggi, sedang maupun rendah.

“Hasil pemetaan mikrozonasi ini juga bisa memberikan gambaran dalam pengusahaan minyak dan gas bumi di wilayah tersebut. Selain itu, bisa menjadi pedoman bagi masyarakat dan pemerintah dalam pemanfaatan lahan untuk hunian maupun pembangunan infrastruktur,” kata dia.

Baca Juga:  Polres Simalungun Kerahkan 185 Personil Kawal Perlengkapan F1 Powerboat Championship di Danau Toba

Sementara untuk zona dengan tingkat kerentanan goncangan tanah rendah, akan menjadi wilayah yang sangat direkomendasikan untuk hunian penduduk ataupun pengusahaan minyak dan gas bumi. Sedangkan untuk zona dengan tingkat kerentanan goncangan tanah tinggi, maka hunian ataupun pengusahaan minyak dan gas bumi harus memenuhi standar yang telah ditetapkan.

“Hasil dari pemetaan mikrozonasi saat ini masih berupa angka-angka. Selanjutnya, akan dilakukan pengolahan data dan disajikan dalam bentuk peta supaya mudah dibaca oleh masyarakat maupun pemangku kebijakan lainnya. Pengolahan data akan selesai dalam waktu sebulan,” paparnya. (Vie)

Jabarnews | Berita Jawa Barat