Surat Yayu Nurhasanah Mahasiswa Purwakarta: Ingin Ambu Anne Perhatikan Isu Gender

Surat untuk Ibu Anne Ratna Mustika

Assalamualaikum wr.wb

Yang saya hormati Bupati Purwakarta terpilih, Ibu Anne Ratna Mustika, yang lebih akrab disapa Ambu.

Ambu,

Kemarin malam sebenarnya saya sedang tidak ingin melakukan apa-apa, bahkan untuk membuka WhatsApp sekalipun. Tetapi entah ada angin darimana, hati saya tergerak untuk membuka pemberitahuan (notif) di grup WhatsApp, yang ternyata isinya adalah sayembara Lomba Menulis Surat untuk Ambu Anne Ratna Mustika, dengan beberapa syarat tertentu, yang bisa dikatakan itu adalah normal sebagai syarat lomba menulis.

Jujur saja saya sangat tertarik karena sudah sejak lama. Saya ingin menulis surat terbuka untuk Ambu. Saya rasa sekarang adalah momen emas saya untuk bisa menyampaikan apa yang sudah lama dipendam sejak dalam pikiran. Saya harap semua tulisan dibaca satu persatu oleh Ambu.

Pertama, Mbu,

Dalam sayembara ini tertera, konten surat seputar aspirasi dan pengamatan mengenai kemajuan Purwakarta selama sepuluh tahun yang lalu dan tahun-tahun yang akan datang. Itu artinya saya boleh menyampaikan kritik, saran, dan harapan dalam surat ini. Senangnya bukan main, karena kapan lagi bisa berpendapat sebebas ini setelah uneg-uneg yang saya punya hanya sampai pada forum diskusi mahasiswa saja.

Ambu, saya hanyalah segelintir dari ribuan mahasiswa yang ada di Purwakarta, sudah sepatutnya tugas Mahasiswa -yang sering saya temukan dalam materi kajian organisasi- adalah sebagai agen perubahan (Agent of Change).

Saya melihat bahwa kemajuan-kemajuan yang terjadi di Purwakarta adalah hasil kerja keras bersama. Tak bisa dipungkiri, kemajuan secara visual sangat mengalami perkembangan yang signifikan. Di mulai dari pembangunan infrastruktur dan kebersihan yang sangat tertata, menjadikan kabupaten ini mempunyai “jati dirinya” sendiri, mau berkembang tanpa harus jadi metropolitan.

Sepuluh tahun kebelakang, itu artinya saya berumur 11 Tahun, masih terlalu ingusan untuk memahami permasalahan, isu-isu, atau pembangunan. Saat itu, saya hanya gadis desa Wanayasa yang jarang menginjakkan kaki ke kota, alias budak kuuleun.

Yang saya tahu, jalan raya pedesaan masih terasa kasar dan banyak yang berlubang. Juga fasilitas-fasilitas sekolah yang belum layak, saya hanya berpikir ini kinerja pemerintah kabupaten yang belum beres. Hanya sebatas itu, saya berpikir demikian, sampai tiba masa kepemimpinan bapak Dedi Mulyadi.

Pembangunan infrastruktur mengalami perkembangan, misal seperti jalan raya yang mulus, pembangunan taman-taman yang menghiasi sudut kota, akses jalan dari desa ke desa menjadi mudah dijangkau. Barangkali, kemajuan dalam segi pembangunan sudah mau menyaingi Kota Bandung, menjadi modern namun tidak melupakan esensi kedaerahan yang begitu khas.

Saya simpulkan untuk kemajuan 10 Tahun kebelakang adalah pencapaian yang patut diapresiasi, wilayah lain tentu bisa bercermin pada Purwakarta Istimewa ini, sebagai kabupaten terkecil ke-3 di Jawa Barat tentu ini menjadi alasan kenapa saya bangga terlahir di tanah Purwakarta.

Kedua, Mbu,

Ada hal yang membuat kening saya berkerut, yaitu tentang event besar-besaran Purwakarta yang mewah, menurut saya menghamburkan uang. Jika memang acara itu bertujuan menaikkan nama Purwakarta di kancah nasional bahkan internasional, saya rasa masih ada opsi lain, seperti menaikkan mutu Pendidikan di Purwakarta dengan membangun sebuah Universitas yang berkualitas. Dengan begitu, anak-anak muda Purwakarta tentu tidak akan kebingungan jika ditanya tentang keberadaan Universitas milik Purwakarta, sebagian anak-anak muda ingin lahir terdidik di tanahnya sendiri.

Saya kira, dari pernyataan diatas sudah bisa ditarik benang merah harapan untuk Purwakarta kedepan. Oh ya, Ambu Purwakarta punya ratusan pemuda-pemudi yang berpotensi untuk berprestasi. Mereka berkomunitas dan melakukan sesuatu, mereka tidak apatis, setidaknya ada reaksi yang diberikan jika ada kebijakan yang janggal.

Tolong sesekali adakan diskusi mahasiswa dan para pejabat daerah untuk membicarakan Purwakarta, karena bagaimanapun kami juga berhak untuk membantu, konektivitas birokrasi dan mahasiswa akan memperkecil anggapan-anggapan buruk tentang kinerja pemerintah yang mungkin saja kinerjanya memang kurang baik.

Ketiga, Mbu,

Ambu adalah Pemimpin daerah Purwakarta perempuan yang terpilih, saya adalah bagian dari komunitas yang bergerak dalam keperempuanan, termasuk ruang gerak perempuan dalam kepemimpinan atau politik. Saya mewakili komunitas, atau syukur-syukur jika masyarakat pun setuju, meminta ambu untuk memperhatikan isu-isu ketidakadilan gender dan perkawinan anak. 

Tentunya besar harapan kami untuk Ambu agar bisa berpihak pada keadilan gender. Kami bersyukur Ambu berhasil memimpin Purwakarta, semoga bisa bekerja dengan sebaik-baiknya, seadil-adilnya.

Tiga poin diatas, barangkali hanya sedikit dari sekian hal yang ingin saya sampaikan, terlepas dari hadiah sayembara yang sangat menggiurkan, tulisan ini bisa sampai ke Ambu saja sudah mewakili segala perasaan bahagia saya.

Tak ada rakyat yang tak sejahtera, jika dipimpin oleh seorang yang pandai mendengar dan cekatan. Sekian dari saya, semoga semua yang bekerja untuk Purwakarta diberi kesehatan yang prima.

Hormat saya,

Yayu Nurhasanah

Mahasiswa STAI DR KHEZ Muttaqien

Wassalamualaikum Wr.Wb

Tuliskan Suratmu Di Jabarnews. Lomba Menulis Surat Untuk Bupati Anne Ratna Mustika “Tanda Kasih Untuk Purwakarta Istimewa” 1 s/d 22 September 2018

Selengkapnya di https://jabarnews.com/2018/09/jabarnews-gelar-lomba-menulis-surat-untuk-bupati-anne-ratna-mustika-catat-waktunya.html

Baca Juga:  Rizki Febian Lapor Polisi Terkait Kematian Sang Ibunda