Surat Selena Helga: Sekolah Satu Atap Kado Terindah Purwakarta Istimewa

Kepada Yang Terhormat

Bupati Hj Anne Ratna Mustika

di Purwakarta

Salam hormat dari saya, Ibu Hj Anne Ratna Mustika yang akrab disapa ambu. Ambu sepuluh tahun lalu aku bukanlah apa-apa, aku hanya seorang anak SD di Desa terpencil.

Tempatku tidak semewah kota metropolitan. Tempatku begitu jauh dari keramaian, jalanku pun hanya bebatuan tajam tidak ada kendaraan yang mau datang atau sekedar melihat. Di saat itu, tidak terbayangkan akan seperti sekarang, orang-orang berlalu lalang datang untuk berlibur, memancing, menginap dan bahkan berfoto. Jujur saja aku merasa bermimpi, aku berada di titik ini.

Dulu aku harus berjalan kaki 8 kilometer setiap hari, hanya untuk sekolah Menengah Pertama, jika lelah lututku terasa ingin patah tapi keyakinanku untuk maju. Ambu, Itu dulu tapi sekarang tidak! Berkat Purwakarta Istimewa adik-adik kelasku bisa bersekolah tanpa merasakan lutut yang patah, mereka cukup di sekolah satu atap yaitu SMP SATAP. Dulu hanya 1 persen setiap angkatan di desaku yang melanjutkan, sekarang? 99 persen dapat melanjutkan. Itu bukan mimpi tapi nyata.

Bagi kami khususnya aku, sekolah SATAP yang ada di desa itu sudah menjadi kado terindah, bukan hanya itu saja. Awal masuk Sekolah Menengah Atas semua siswa harus mengeluarkan dana padahal tidak semua mampu dan tidak semua bisa. Setelah Purwakarta Istimewa, semua biaya pendidikan gratis tanpa melihat si kaya atau si miskin.

Dulu rumah temanku, rumah tetanggaku, masih jauh dari layak. Harapan mereka hanya sekedar ingin merubah dinding bambu menjadi dinding bercet, Sekarang?! Dinding bambu, atap rapuh sudah berubah menjadi kokoh, hidup mereka semakin kuat.

Tahukah ambu, dulu banyak tetanggaku yang tidak bisa pergi berobat, mereka bukan tidak ingin sehat tapi tidak ada uang, satu kali mereka masih bisa berangkat tapi kedua kali, mereka hanya bisa berkata karena tidak ada rumah sakit gratis, biaya kendaraan dengan jarak dan kondisi jalan yang rusak, perlu beratus-ratus ribu rupiah dikeluarkan. Miris tidak ada kemajuan. Setelah Purwakarta Istimewa seakan akan keajaiban. Rumah sakit gratis, tanpa harus kartu khusus cukup dengan Jampis, ambulanc desa pun gratis. Berangsur angsur jalan pun manis.

Perubahan itu bukan hanya di Desaku tapi terlihat seluruh tempat Purwakarta ku, dulu tidak ada pusat kota istimewa seperti air mancur Sri Baduga, tidak ada tempat bersuka ria seperti alun-alun purwakarta, tentunya tidak ada Kota Seperti Purwakarta

Itu Dulu sampai sekarang besok ataupun nanti tetap seperti ini, semakin maju Seperti halnya Tanda Kasih Untuk Purwakarta Istimewa. Terima kasih.

Oleh: Selena Helga

Penulis adalah Mahasiswa UPI Kampus Purwakarta Jurusan PGPAUD

Tuliskan Suratmu Di Jabarnews. Lomba Menulis Surat Untuk Bupati Anne Ratna Mustika “Tanda Kasih Untuk Purwakarta Istimewa” 1 s/d 22 September 2018

Selengkapnya di https://jabarnews.com/2018/09/jabarnews-gelar-lomba-menulis-surat-untuk-bupati-anne-ratna-mustika-catat-waktunya.html

Baca Juga:  Pendapatan Daerah Terealisasi Sebesar 102,41 Persen, Bukti Ridwan Kamil Sukses Hadapi Covid-19?