Ada Kincir Air Petani Desa Ini Tak Terganggu Kemarau

JABARNEWS | TASIKMALAYA – Di desa Manggungsari, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya setiap memasuki musim kemarau tiap tahun tak pernah berpengaruh. Jika di daerah lain mengeluh kesulitan air, di desa ini tetap bisa menggarap lahan sawahnya.

Dikutip dari kabarpriangan.co.id, hal itu karena para petani memanfaatkan kincir air untuk mengairi sawahnya. Air yang melintas desa mereka dari sungai Citanduy ditarik menggunakan kincir air. Sehingga lahan pertanian sawahnya masih bisa digarap meski di musim kemarau.

Baca Juga:  Pastikan Zero Miras, Sejumlah Lokasi Rutin Di Razia

“Petani masih bisa menggarap sawahnya walaupun kemarau. Lihat saja, sawah disini masih tetap hijau,” kata Odo (65) warga Kampung Sukasirna, Desa Manggungsari.

Kincir sendiri dibuat secara gotong royong oleh para petani yang memiliki lahan, dengan bahan baku bambu. Hasil tarikan kincir itu bisa membuat sekitar 10 hektar lahan sawah yang ada tetap terairi dan produktif di musim kemarau. Artinya, pertaniann disana bisa memanen sebanyak tiga kali dalam setahun.

Saat ini dirinya bersama petani lain akan mulai bercocok tanam, sehingga sedang membutuhkan air. Dan kincir sendiri baru ada 8 unit, jika hujan belum juga turun, mereka berniat menambah kincir untuk mengairi 10 hektar lahan sawah.

Baca Juga:  Jelang Muscab Ke-V, 100 Kader dan Pengurus PKB Karawang Jalani Rapid Test

Kata Odo, satu unit kuncir, diperkirakan mampu mengairi 300 sampai 500 tumbak. Sehingga masih banyak kincir air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air area pesawahan. Pembuatan 1 unit kincir air sendiri dibutuhkan biaya sekitat Rp 1,5 juta. Itupun pembuatannya dilakukan secara gotong royong, sehingga biaya yang dikeluarkan hanya untuk membeli bahan bakunya saja.

Baca Juga:  Siap-siap, Kawasan Alun-alun Kota Bandung Segera Miliki Wajah Baru

Lanjutnya berkat kincir air ini, produksi juga meningkat. Biasanya produksi padi dari satu hektar rata-rata hanya sebanyak 5 ton, dengan pengairan menggunakan air hujan. Namun dengan menggunakan kincir air, produksi padi menjadi meningkat sekitar 7 ton per hektar atau naik 2 ton dalam satu hektar.

Hal ini karena pengairan dari Sungai Citanduy lebih baik, dibandingkan dari air hujan. (Vie)

Jabarnews | Berita Jawa Barat