Benarkah Penyakit Cacar Monyet Tidak Mematikan? Ini Ulasannya

JABARNEWS | BANDUNG – Baru-baru ini di wilayah Britania Raya muncul suatu penyakit langka yang disebut dengan cacar monyet. Lalu penyakit apakah sebenarnya cacar monyet tersebut? Simak ulasannya berikut ini.

Cacar monyet adalah penyakit virus langka yang terutama terjadi di bagian terpencil Afrika Tengah dan Barat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, virus tersebut hidup pada hewan, termasuk primata dan hewan pengerat. Namun, terkadang bisa “melompat” dari hewan ke manusia.

Baik cacar monyet (monkeypox) dan cacar (smallpox), termasuk keluarga poxvirus yang disebut orthopoxvirus. Cacar sendiri dinyatakan telah diberantas dari dunia pada 1980, yang berarti, kasus-kasus penyakit itu tidak lagi terjadi secara alami. Akan tetapi kasus cacar monyet pada manusia terus terjadi secara acak.

Baca Juga:  Jadi Tersangka Kasus Suap dan Gratifikasi di Tanah Bumbu, Mardani Maming Pakai Rompi Oranye

Sejak 1970, kasus cacar monyet dilaporkan terjadi di 10 negarai Afrika. Sementara, WHO mencatat pada tahun 2017, Nigeria mengalami wabah cacar tersebut pertama kali pada 1978 dengan 172 kasus.

Kendati berbahaya, cacar monyet tidak lebih mematikan daripada cacar biasa. Di wabah yang pernah terjadi, WHO menemukan bahwa tingkat kematian hanya berkisar 1 sampai 10 persen pada kasus cacar monyet.

Sebaliknya, cacar memiliki angka kematian sampai 30 persen. Selama wabah di Nigeria, satu pasien yang meninggal karena dirinya memiliki sistem kekebalan yang lemah.

Baca Juga:  Besok, Sinema Tihes Gelar Pemutaran Film Amores Perros

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit CDC, orang yang terinfeksi bisa menularkannya melalui cairan dari pernapasan seperti yang dikeluarkan saat batuk, bersin, atau bicara. Namun, itu biasanya tidak akan bisa berjalan lebih dari beberapa meter. Sehingga, membutuhkan kontak yang cukup lama.

Orang-orang juga bisa terinfeksi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi kulit terinfeksi, atau kontak tidak langsung lewat pakaian yang terkontaminasi.

Menurut Dr William Schaffner, seorang spesialis penyakit menular dari Vanderbilt University Medical Center, Amerika Serikat, beberapa gejala awal termasuk demam, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Baca Juga:  Amukan Si Jago Merah Bakar Gedung SLRT Kabupaten Bandung

Setelah itu, pasien akan mengalami ruam “cacar” dengan lesi (luka) yang sering muncul di wajah dan batang tubuh. Lesi akan berkembang menjadi lepuhan kecil yang berisi cairan, sebelum membusuk, dan jatuh.

Schaffner mengatakan bahwa pasien biasanya pulih setelah dua hingga empat minggu, meskipun ada bekas luka dari ruam yang ditinggalkan. Sekalipun tidak nyaman, namun sebagian besar penyakit ini bersifat ringan.

Demikianlah tadi sedikit ulasan mengenai cacar monyet yang muncul di wilayah Britania Raya. Semoga ulasan di atas dapat berguna dan bermanfaat bagi Anda. (Fin)

Sumber artikel ini diambil dari Live Science

Jabarnews | Berita Jawa Barat