Surat Dulfikar Asmawi: Purwakarta Bisa Wujudkan Misi Pembangunan Dunia

Yogyakarta, 15 September 2018

Yang Terhormat,

Bupati Purwakarta Ambu Anne Ratna Mustika

Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Sampurasun. Salam sejahtera untuk Ambu yang terpilih sebagai Bupati Purwakarta. Semoga sanantiasa diberikan kesehatan dan kekuatan untuk memimpin Purwakarta yang istimewa, egaliter, dan inklusif.

Seperti para penulis surat lainnya, saya merasa senang dengan adanya sayembara penulisan surat ini. Saya mengapresiasi karena Ambu mau bekerjasama dengan Jabarnews untuk menjaring aspirasi dari pelajar Purwakarta. Langkah awal yang baik untuk menentukan arah pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan. Saya berharap Ambu tidak hanya melanjutkan pembangunan.

Purwakarta telah bersolek selama sepuluh tahun terakhir. Pembangunan digalakkan di segala sektor. Kini, masyarakat Purwakarta bisa berkendara dengan nyaman tanpa harus nyeri awak karena jalanan rusak. Bisa belajar dengan tenang di musim penghujan sekalipun, tanpa perlu khawatir ada genangan air di dalam kelas. Bisa menikmati taman dan bangunan yang kental dengan identitas kesundaan lengkap dengan segala perniknya. Semua bisa diakses secara gartis. Ya, itu berkat kerja keras Kang Dedi Mulyadi untuk menjadikan Purwakarta Istimewa yang berkarakter.Terimakasih Kang Dedi.

Jerih payah selama sepuluh tahun diganjar dengan banyak penghargaan. Tahun 2016 Kang Dedi mendapatkan penghargaan dari Komnas HAM. Pada tahun 2017 Harmoy Award didapatkan dari Kementerian Agama. Alasannya sama, karena Purwakarta menjadi kota toleransi beragama. Masih banyak penghargaan yang tidak mungkin saya sebutkan.

Keistiqamahan dalam menghidupkan identitas budaya sunda juga menjadi perhatian dunia. Agustus tahun 2015 Kang Dedi diminta berpidato di markas PBB. Katanya, “Generasi muda boleh menguasai teknologi, tapi tidak boleh meninggalkan budaya”. Ia berpidato dengan Iket dan baju Pangsi. Paling terbaru, kamis kemarin 13 September Purwakarta kedatangan tamu dari Finlandia University. Negara yang konsep pendidikannya terbaik sedunia berdecak kagum melihat konsep Pendidikan Karakter Purwakarta. Ada kesamaan dalam sistem pendidikannya yaitu fokus pada keterampilan dan kemampuan pelajar. Tapi, sebagai manusia yang pasti pernah lalai dan khilaf, ada hal-hal yang masih belum diperhatikan dan ini menjadi PR untuk Bupati selanjutnya, Ambu.

Tahun 2015, pemimpin-pemimpin dari berbagai dunia berkumpul di markas PBB untuk membahas agenda pembangunan dunia, yang kemudian disepakati Suistainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan). Tentu agenda ini untuk kemaslahatan manusia. Pembangunan yang dilakukan harus memperhatikan tiga aspek yaitu profit-planet-people. Bukan hanya keuntungan yang dicari tapi keberlangsungan manusia dan kelestraian alam harus diperhatikan.

Ada 17 tujuan dengan 169 capaian yang diagendakan. Beberapa agendanya sangat relevan dengan Purwakarta saat ini, dan itu yang ingin saya sampaikan. Saya hanya berharap Purwakarta tetap dapat berkontribusi dalam mewujudkan misi pembangunan dunia. Harapan lebihnya bisa menjadi percontohan bagi daerah-daerah lain atau mungkin negara-negara lain. Seperti Singapura yang belajar tata kelola kota kepada Surabaya.

Pertama, soal infrastruktur dan pendidikan yang belum inkulsif. Kang Dedi memang gencar memperbaiki dan membangun infrastruktur. Tapi saya rasa masih belum inklusif. Belum memperhatikan hak-hak difabel dan lansia. Hanya orang-orang awas (tidak cacat) yang dapat mengaksesnya.

Tunanetra, pengguna kursi roda, dan lansia masih kesulitan. Sebagian trotoar sudah dibuatkan rambu untuk tunanetra, lumayan. Tapi masih banyak trotoar yang kurang lebar tidak ramah pejalan kakai dan kursi roda. Bahkan, di beberapa trotoar ada tiang-tiang gapura Purwakarta. Itu sangat mengganggu dan menyulitkan pengguna kursi roda. Parahnya lagi, trotoar banyak digunakan oleh pedagang kaki lima. Memang ini hal kecil tapi penting untuk diperhatikan. Mungkin bisa diperbaiki Mbu agar semua infrastruktur lebih aksesibel.

Kedua, Purwakarta memang menggagas pendidikan karakter. Tapi, masih belum inklusif. Lagi-lagi hanya orang awas yang dapat menikmatinya. Memang sudah ada Sekolah Luar Biasa (SLB), tapi menurut saya itu mendiskreditkan dan mematikan kepercayaan diri teman-teman difabel.

Itulah kenapa teman-teman difabel di Purwakarta belum eksis dan dianggap orang cacat tidak berdaya. Padahal mereka semua sama manusia yang diciptkan sempurna oleh Tuhan. Sebagai warga negara, mereka juga memiliki kesempatan, hak, akses, dan partisipasi yang sama. Mereka memiliki potensi dan bisa berkarya serta bisa berkontribusi terhadap pembangunan. Agar mereka bisa percaya diri dengan identitasnya dan bisa mandiri, maka jangan dibedakan.

Mbu, semua manusia berpotensi menjadi difabel. Karena kecelakaan, penyakit, virus, atau sebab apapun. Tidak menutup kemungkinan saya ataupun Ambu besok-besok mulai bertongkat bahkan berkursi roda. Agar masih tetap bisa menikmati hidup yang waras, maka mulai ciptakan lingkungan yang egaliter, harmonis, dan inklusif.

Terakhir, Purwakarta sudah menjadi kota industri. Sudah banyak perusahaan yang berdiri dan beroperasi. Tentu ini menjadi potensi untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran. Tapi nyatanya msih banyak anak-anak muda nganggur di Purwakarta. Perlu ada political will dari pemerintah. Saya berharap Ambu bisa tegas agar perusahaan di Purwakarta mau menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja asli Purwakarta.

Oh iya Mbu, perusahaan-perusahaan itu wajib melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Tentu Ambu tahu. Bisnis mereka harus beretika. Bukan profit saja yang dicari tapi keberlangsungan manusia dan kelestarian alam harus diperhatikan.

Seperti yang saya katakan di depan. Banyak limbah yang dihasilkan pabrik-pabrik dan itu yang merusak keasrian alam Purwakarta. Saya baca berita di media online Republika. Berita 23 januari 2018 memuat, 17 perusahaan di Purwakarta tercatat mencemari sungai Citarum. Itu baru sungai.

Semua pabrik-pabrik yang beroperasi menghasilkan limbah, membuat polusi udara, dan polusi suara. Jalanan-jalanan cepat rusak sebagiannya juga diakibatkan oleh mobil-mobil gede milik perusahaan. Itulah kenapa jalanan di Citeko Plered, Sukatani cepat rusak dan berdebu. Gunung-gunung di Sukatani sudah habis dieksploitasi. Dulu saat SD, saya masih bisa menikmati pemandangan gunung-gunung itu yang hijau, asri, dan menenangkan. Sekarang telinga saya sering sakit mendengar dentuman penghancuran batu gunung dan pemandangan gersang yang merusak kenikmatan mata.

Oleh karena itu saya berharap Ambu bisa tegas menindaknya. Saya yakin, jika CSR dikelola dengan baik, kemiskinan dan pengangguran akan cepat berkurang. Itu pula yang menjadi maksud teori trickle down effect. Operasi perusahaan yang beretika dan bertanggungjawab akan menjaga keasrian alam Purwakarta.

Dana CSR yang sangat besar bisa dimanfaatkan untuk membangun lembaga pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. Memberdayakan masyarakat dan mendorong para pelaku usaha baru agar dapat tumbuh dan membuka banyak lapangan pekerjaan. Purwakarta sebagai kabupaten kecil di lingkungan Jawa Barat, bisa menjadi daerah termaju di Jawa Barat bahkan Indonesia. Purwakarta bisa berkontribusi dalam mewujudkan misi pembangunan dunia.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hormat Saya,

Dulfikar Asmawi

Pelajar Purwakarta di Yogyakarta.

Baca Juga:  Menko Puan Pertanyakan Apa Sempat Gubernur Edy Urus PSSI?