Hafsoh Nur Muthmainnah: Demi Purwakarta Jaya

15 tahun sudah saya tinggal di tanah Purwakarta. Begitu banyak perubahan yang terasa dari tahun ke tahunnya, salah satunya pembangunan infrastruktur yang berbasis budaya. Dan kini, Purwakarta menjadi salah satu destinasi wisata yang terkenal hingga ke mancanegara.

Air mancur Sri Baduga, bagaikan landmark nyaPurwakarta yang menjadi air mancur terbesar di Asia Tenggara. Belum lagi beberapa museum kebudayaan yang menjadi tujuan wisata sekaligus bahan pembelajaran bagi penduduk luar dan penduduk Purwakarta sendiri, seperti Bale Indung Rahayu, Bale Panyawangan Diorama, dan Museum Galeri Wayang.

Tak hanya itu, tujuan para wisatawan selain untuk mengenal kebudayaan di Purwakarta adalah menikmati sajian kuliner. Didukung pula dengan ikon makanan Purwakarta yang sudah mendunia, yakni sate maranggi. Hal ini rupanya meningkatkan perekonomian masyarakat menengah kebawah di Purwakarta. Setidaknya sampai saat ini sudah ada 2000 lebih masyarakat yang mencoba usaha dengan berjualan sate maranggi.

Namun, setiap kelebihan pastilah memiliki kekurangan. Salah satu permasalahan yang belum teratasi hingga saat ini adalah kemacetan. Jangankan saat malam dimana pertunjukkan air mancur Sri Baduga dimainkan, hari-hari biasa pun Purwakarta tak luput dari kemacetan. Termasuk saat pagi hari, ketika para pelajar harus bergelut dengan kemacetan di beberapa titik, sekaligus berebut kursi angkutan umum dengan para pegawai yang akan bekerja.

Parkir liar menjadi salah satu sebab mengapa kemacetan terjadi. Tak sedikit kendaraan mobil maupun motor parkir di sembarang tempat yang menghambat laju lalu lintas. Juga, banyaknya pengguna kendaraan pribadi dan sedikitnya angkutan umum yang beroperasi.Bukan hanya itu, para pedagang yang berjualan hingga ke tepi jalan juga menjadi penghambat laju lalu lintas di Purwakarta. Kapasitas jalanan menjadi berkurang karena terambilnya sebagian lahan dari jalan oleh para pedagang.

Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya Purwakarta segera membangun gedung khusus parkir di beberapa tempat yang ramai pengunjung. Tentu hal ini sangat memberikan dampak besar. Selain dari kotanya yang tertata rapih, lalu lintasnya pun berjalan dengan baik.

Selain daripada itu, disediakan pula lahan berdagang bagi para pedagang yang biasa berada di tepi jalan. Pembenahan pasar tradisional bisa menjadi solusinya. Bila pasar tradisional nya di jaga dengan baik, maka tak sedikit pula pengunjung yang akan berbelanja kesitu. Hal ini dapat menjadi salah satu kemajuan bagi Purwakarta kedepannya agar pasar-pasar tradisional di Purwakarta tidak mati, dan rakyat Purwakarta pun tidak kesulitan untuk mencari lahan bagi mereka yang ingin berdagang.

Sebagai pelajar, saya pun menyarankan untuk diadakannya kendaraan umum khusus pelajar. Agar para pelajar di daerah pelosok Purwakarta pun tidak kesusahan mendapatkan kendaraan untuk mereka pergi ke sekolah, sehingga kami semua dapat dengan tenang untuk pergi menuntut ilmu demi menjadi generasi muda Purwakarta yang gemilang.

Hafsoh Nur Muthmainnah, Pelajar SMAN 3 Purwakarta

Baca Juga:  Mantul! Pemerintah Berikan Potongan Tiket Pesawat Hingga 50 Persen