Bagus Bimantoro, Wajah Pendidikan Hingga Emansipasi Di Purwakarta

Kepada Yth:

Ibu Ane Ratna Mustika

Selaku Bupati Purwakarta

Ibu Bupati yang terhormat

Assalamualaikum.wr.wb

Sebelumnya, saya ucapkan selamat atas terpilihnya Ibu Ane Ratna Mustika yang telah dipercaya oleh masyarakat Purwakarta untuk menjadi Bupati Purwakarta. Dan terimakasih telah memberikan saya kesempatan untuk ikut serta menyampaikan aspirasi dan pengalaman saya selaku pelajar, semoga ibu berkenan membaca surat pertama saya untuk Ibu Ane atau yang saya kenal sebagai Ambu Ane.

Berbicara soal kemajuan Purwakarta, saya merasa perubahan ini terjadi sangat pesat. Ibu, izinkan saya sedikit bercerita mengenai pengalaman saya. Dulu ketika saya duduk di bangku SD, ketika ditanya dimana saya tinggal oleh saudara saya, saya dengan tegas menjawab “Purwakarta!” tapi tahukah ibu? Saudara saya tidak mengetahuinya, mereka menatap saya dengan heran, dan meminta saya meyakinkan mereka kembali. “Purwokerto mungkin” ujar mereka, dan sejak kejadiaan itu saya tidak percaya diri untuk menjawab pertanyaan dengan pertanyaan serupa.

Dan ternyata kejadian ini tidak hanya dialami oleh saya saja, tapi juga para perantau dari Purwakarta. Tahukah ibu? Dulu saya selalu mendambakan sarana edukasi untuk anak-anak, dan satu persatu harapan saya terkabul. Tempat edukasi favorit saya ketika SD adalah Perpustakaan Daerah, waktu itu tempatnya berada di gedung kembar yang sekarang beralih fungsi menjadi Bale Panyawangan Diorama.

Dengan antusias yang tinggi, saya mengajak ibu saya untuk membuat kartu anggota perpustakaan, setiap minggu saya meminjam dan mengembalikan buku. Satu hal lagi yang tak bisa saya lupakan kala itu, Purwakarta mulai membangun kota kecil berbalut budaya, menggunakan pakaian pangsi, mengikuti pawai egrang adalah pengalaman yang menyenangkan.

Saya merasa menjadi orang yang paling beruntung, bisa menjadi bagian dari pemecahan rekor MURI dalam pawai egrang. Beranjak ke bangku SMP, banyak program pendidikan yang sangat membantu saya selaku pelajar.

Entah bagaimana pemikiran Kang Dedi saat itu, tapi yang jelas beliau seperti mengerti apa kata hati seorang pelajar, mulai dari pengurangan waktu jam belajar di sekolah, pelarangan memberi PR pada guru, dan hal ini yang paling saya suka, perbaikan gizi dengan makan telur rebus dan minum susu. Saya rasa, hanya Purwakarta yang berani mengambil kebijakan tersebut, mengambil resiko terbesar dalam menerapkan kebijakan, terutama terhadap pendidikan.

Kebijakan mengenai pendidikan yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta juga dapat membantu pembentukan karakter pelajar di Purwakarta, salah satunya yang saya rasakan adalah “Betah Di Imah” ini sangat berdampak besar bagi saya.

Biasanya, hari libur saya di isi dengan tugas-tugas dari sekolah baik tugas pribadi mau pun kelompok, semenjak pelarangan pemberian PR pada pelajar dan program Betah Di Imah, saya memiliki banyak waktu untuk berbincang dan membantu kegiatan orangtua saya.

Banyak sebenarnya kebijakan yang dapat membantu mengembangkan potensi generasi milenial, seperti penggunaan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Sunda tentunya pada hari tertentu. Hanya tinggal kita selaku pelajar yang harus bisa memanfaatkan kebijakan yang telah diterapkan.

Tahukah Ibu? Beberapa tahun kebelakang ini, banyak saudara-saudara dan teman saya yang dari luar kota menanyakan mengenai pariwisata yang ada di Purwakarta. Betapa tertegunnya saya ketika mereka satu persatu mengirim pesan kepada saya, dan meminta saya untuk menjadi pemandu wisata mereka. Senang, marah, campur aduk ketika saya mendengarnya.

Bahkan saya sampai bingung mereka tahu darimana, saya sendiri saja tidak tahu dan tidak yakin bahwa itu di Purwakarta karena saya buka tipe pelajar yang sering travelling. Sejak saat itu masa SMA saya terasa penuh kenangan, setiap ada tempat wisata baru yang ada di Purwakarta saya dan teman saya kunjungi untuk sekedar berfoto atau berwisata kuliner.

Disitu saya merasa, saya selaku remaja yang harus mempromosikan pariwisata yang ada di Purwakarta, dan saya termotivasi untuk menjadi bagian dari Paguyuban Mojang Jajaka do’akan saja saya tahun ini bisa menjadi pelopor pariwisata di Purwakarta.

Dan kini setiap saya pergi berkunjung ke luar kota untuk bersilaturahmi dengan saudara saya, mereka dengan antusias ingin menyaksikan langsung Air Mancur Sri Baduga Maharaja. Indahnya Purwakarta saya saat ini, walaupun saya bukan asli dari Purwakarta, tapi percayalah bu, saya lahir di tanah Purwakarta, saya dibesarkan di Purwakarta, pengalaman saya terbentuk di Purwakarta, dan saya bangga bisa hidup di kota penuh cinta Purwakarta Istimewa.

Ibu Ane yang saya sayangi…

Saya harap, wanita-wanita tangguh yang ada di Purwakarta bisa mencontoh ibu dalam bidang tertentu. Saya rasa Purwakarta perlu sebuah emansipasi wanita yang besar, saya menyayangkan mereka yang beranggapan bahwa pendidikan wanita tak perlu cukup tinggi.

Teriris hati saya ketika mendengar hal tersebut, bekerja sebagai buruh pabrik menjadi hal yang lumrah di kalangan saya, bahkan menikah dengan alasan kebutuhan ekonomi. Ibu, kita butuh perubahan yang besar, memang bukan pekerjaan yang haram untuk dilakukan.

Tapi ibu, mereka adalah aset-aset penerus ibu, kita perlu banyak orang seperti ibu. Saya tahu ibu orang yang penyayang, peduli terhadap sesama, dan saya yakin ibu takan menutup mata untuk permasalahan seperti ini. Saya akui ibu adalah panutan saya, fenomena politik di Indonesia biasanya kecil kemungkinan seorang wanita untuk menjadi seorang pemimpin.

Tapi ibu membuktikan itu adalah kesenjangan gender yang salah, ibu berhasil meyakinkan bahwa inilah emansipasi wanita yang perlu dikembangkan. Saya rasa Purwakarta perlu pengembangan pelajar untuk aset berharga di masa yang akan datang, mungkin sistem pendidikan yang cocok untuk pelajar akan menciptakan pelajar yang berkualitas.

Dan saya harap, ibu selaku Bupati Purwakarta bisa memanfaatkan potensi orang-orang produktif yang ada di Purwakarta. Terlalu banyak potensi yang tidak tersalurkan dengan baik, dan penggunaan fasilitas yang kurang optimal. Saya rasa, ibu perlu membuka peluang untuk kami selaku pelajar untuk menyampaikan aspirasi kami, dan mungkin ini salah satunya.

Terimakasih telah membaca sedikit opini saya. Saya ucapkan maaf sebesar-besarnya, jika ada kata atau kalimat dalam surat saya yang kurang berkenan di hati ibu. Salam sayang saya untuk ibu.

Wassalamualaikum.wr.wb

Bagus Bimantoro

Pelajar SMAN 3 Purwakarta

Baca Juga:  Ini Pesan Penting Gubernur Jabar untuk Bupati Pangandaran