Premium Sulit Nelayan Cipatujah Beralih Ke Pertalite, Tapi ?

JABAREWS | CIPATUJAH – Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tasikmalaya, Dedi Mulyadi mengatakan, selama kurang lebih dua bulan terakhir pasokan bahan bakar jenis Premium bagi para nelayan Cipatujah terganggu.

Karenanya nelayan di Pantai Pamayang Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya mengalami kesulitan bahan bakar untuk perahu mereka.

Dikutip kabarpriangan.com, bahan bakar jenis Premium yang harganya lebih ekonomis dan dipergunakan para nelayan selalu kosong dan tidak dijual di SPBU terdekat.

Akibatnya para nelayan pun terpaksa harus mempergunakan bahan bakar jenis Pertalite yang secara harga dijual Rp. 7.800 per liter dan jelas lebih mahal dari premium.

Baca Juga:  Gugatan Cerai Anne Ratna Mustika Dikabulkan, Dedi Mulyadi Berencana Banding

Sedangkan harga Premium dijual Rp. 6.550 per liter. Sehingga bukannya mendapatkan untung, para nelayan justru malah harus nombok besar untuk menutupi biaya bahan bakar mereka.

“Mau bagaimana lagi, kalau tanpa bahan bakar kami tidak bisa melaut. Namun biaya untuk bahan bakar jadi bertambah hingga lima puluh persen,” jelas Dedi, Minggu (7/10/2018).

Setiap harinya, sekali melaut nelayan membutuhkan sedikitnya 20 liter bahan bakar. Bila mempergunakan Premium, maka nelayan hanya mengeluarkan Rp. 131.000 saja. Tetapi ketika mempergunakan Pertalite, nelayan harus mengeluarkan bajet hingga Rp. 156.000.

Baca Juga:  Mobil Dinas Pemkab Sukabumi Nyungsep dan Terguling ke Sawah, Begini Kejadiannya

Lebih parah ketika Premium dan Pertalite habis di SPBU, maka para nelayan tidak ada pilihan lain lagi selain membeli Pertamak seharga Rp. 9.500 per liter. Biaya bahan bakar pun jadi membengkak hampir dua kali lipat yakni mencapai Rp. 190.000.

Kondisi kosongnya bahan bakar jenis Premium dan Pertalite sering terjadi, karena SPBU yang ada hanya satu di Kecamatan Cipatujah.

Baca Juga:  Lonjakan Pemudik Motor Terjadi di Cirebon, Meingkat 200 Persen

Sehingga selain melayani nelayan juga dijual untuk masyarakat dan pengendara bermotor lainnya. Nelayan berharap, ada SPBU khusus untuk para nelayan dan menjual Premium. Sehingga mereka tidak kesulitan ketika hendak melaut.

“Sekali jalan, kami harus menyiapkan kocek antara Rp 200.000 sampai Rp 250.000. Mending kalau hasil tangkapan sedang bagus bisa balik modal. Jika kondisi ikan sedang sepi, kami malah merugi,” ungkap Dedi. (Vie)

Jabarnews | Berita Jawa Barat