LIPI Dorong Penguatan Nilai Singkong Di Subang

JABARNEWS | SUBANG – Kebutuhan singkong di Indonesia terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya pemanfaatan sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri.

Karenanya ketersediaan bibit unggul dan teknologi pengolahan singkong sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan potensi nilai ekonomi singkong.

Terkait itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Bioteknologi sejak awal 2018, memiliki koleksi bibit singkong unggul yang telah diujicoba di tiga desa di Kabupaten Subang, di desa Palasari, Cijengkol, dan desa Sagalaherang.

Hal itu diungkapkan Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudarmonowati saat panen singkong hasil

pegembangan dan ujicobanya di desa Palasari, Kecamatan Ciater, Subang Kamis (8/11/2018).

Enny menyebutkan, berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Subang tahun 2017, luas lahan singkong di Subang mencapai 891 hektare dengan hasil produksi mencapai 11 ribu ton.

“Singkong merupakan salah satu komoditas pangan karbohidrat yang sangat potensial dalam mengatasi masalah pangan nasional karena dapat dikonsumsi langsung maupun untuk bahan baku industri,” jelasnya.

Baca Juga:  Uu Ruzhanul Ulum Minta Penyuluh Pertanian Buat Gebrakan untuk Para Petani

Tanaman ini, jelasnya, secara alami dapat tumbuh pada rentang jenis tanah yang luas termasuk lahan marjinal sehingga dapat berproduksi di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi.

Enny menuturkan singkong unggul yang dikembangkan LIPI dapat digunakan sebagai penambah nutrisi vitamin A karena mengandung beta karoten serta mempunyai kadar gula rendah.

“Singkong unggul hasil penelitian LIPI dapat mengatasi masalah kekurangan gizi seperti stunting atau kekerdilan dan aman untuk penderita,” jelasnya.

Lanjutnya, singkong mempunyai nilai ekonomi tinggi jika diolah menjadi mocaf atau modified cassava flour.

“Mocaf dapat digunakan untuk berbagai produk olahan pangan dibanding tepung ubi kayu biasa dan dapat disimpan dalam waktu lama sebagai cadangan bahan pangan,” terangnya

“Ke depan, tegasnya, pemanfaatan singkong diperluas sebagai produk pangan fungsional untuk memenuhi kecukupan gizi dengan memanfaatkan jenis yang memiliki kadar nutrisi unggul seperti beta karoten,” tutup Enny

Baca Juga:  Ramaikan Olahraga Rekreasi, Ribuan Pemancing dari 13 Daerah Bakal Serbu Waduk Saguling

Ditempat yang sama, Plt Bupati Subang, Ating Rusnatim apresiasi upaya yang dilakukan LIPI itu. Selain itu, kata Ating cara pengolahannya sangat mudah.

“Tentunya ini kabar baik bagi para petani kita, apa lagi komoditas singkong unggulan.Makanya kita pun bekerjasama dengan LIPI baik untuk pengembangan selanjutnya, termasuk pengolahan pasca panen,” kata Ating.

Sementara itu menurut Plt Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Syamsidah Rahmawati, menjelaskan Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI memiliki koleksi singkong unggul dari hasil seleksi dan hasil perakitan bibit unggul yang telah dikarakterisasi dengan pendekatan genetik (genotip), identifikasi morfologi (fenotip) dan diuji daya hasilnya di beberapa daerah seperti di Bogor, Salatiga, Gunung Kidul, hingga Merauke.

“Potensi keunggulan bibit bermacam-macam seperti kadar pati tinggi, daya hasil tinggi, kaya beta karoten, dan komposisi pati spesifik,” ujar Syamsidah.

Baca Juga:  Soal Kasus Siswa MAN 1 Bekasi Gagal Study Tour, Polisi Tangkap dan Periksa EO

Selain potensi produksi singkong yang tinggi, Kabupaten Subang dipilih menjadi lokasi uji coba sebagai bagian kerja sama dengan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) setempat untuk produksi mocaf dan produk makanan

olahan berbahan baku mocaf sejak tahun 2016.

“Kegiatan ini merupakan integrasi antara budidaya singkong unggul dan pemanfaatannya menjadi produk mocaf dan produk pangan olahan yang difasilitasi oleh pemerintah daerah serta pelaku usaha,” terang Syamsidah.

Selain cara panen bersama, penanaman kembali bibit singkong, talkshow dengan tema Peningkatan Sinergi Pengembangan Model Agribisnis Terpadu untuk Pemberdayaan Ekonomi Desa, serta pameran aneka produk olahan berbahan baku singkong termasuk produk pendukungnya.

“Ini menunjukkan bahwa penelitian LIPI tidak hanya berhenti di laboratorium, namun dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menggiatkan ekonomi berbasis potensi lokal,” tutup Syamsidah. (Mar)

Jabarnews | Berita Jawa Barat