Ngarak Beras Perelek Di Purwakarta Tercatat Dalam MURI

JABAR NEWS | PURWAKARTA – Karnaval Sila Kedua Pancasila dalam rangka Peringatan Hari Jadi Purwakarta ke 186 dan Hari Jadi Kabupaten ke 49 bertajuk “Ngarak Beras Perelek” berhasil mengukir sejarah. Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat, sebanyak 53.918 orang secara bersama-sama membawa beras yang dimasukan ke dalam ruas bambu.

Jumlah ini menambah rekor yang telah ditorehkan oleh Kabupaten Purwakarta menjadi sebelas rekor. Hal ini diungkapkan oleh Senior Manager MURI, Awan Rahardjo, Jum’at malam (04/08/2017), saat penetapan rekor, di panggung utama karnaval, Jalan RE Martadinata Purwakarta.

“Sejarah baru bagi Indonesia juga Dunia. 53.918 orang secara bersamaan membawa bambu berisi beras. Ini rekor yang ke sebelas bagi Purwakarta,” jelas Awan.

Baca Juga:  Harga Ikan di Cimahi Naik karena Ini, Diprediksi Terus Terjadi Sampai Tahun Depan

Rekor ini terbilang unik. mengingat beberapa hal yang menjadi penilaian khusus MURI. Selain karena berdasarkan kebudayaan di Jawa Barat, rekor ini juga tercipta dalam spirit pengentasan penggunaan Beras Sejahtera (Rastra) oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

“Rekor ini unik ya, inspirasinya dari perilaku budaya orang Jawa Barat. Dan juga berangkat dari keinginan agar masyarakat Purwakarta mengkonsumsi beras yang layak. Luar biasa saya kira,” ungkap Awan.

Baca Juga:  Apresiasi Apdesi Jabar, Uu Ruzhanul Ulum Sampaikan Desa Juara Miliki 3 Pilar

Hal yang diungkapkan oleh Awan, merupakan tujuan Pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam menggelar karnaval di Hari Jadi. Targetnya, tanggal 17 Agustus 2017 ini, seluruh masyarakat Purwakarta sudah terpenuhi kebutuhan berasnya dengan konsumsi beras premium hasil urunan masyarakat mampu yang sudah dimasukan ke dalam ATM Beras.

“Ini gabungan tradisi dan teknologi. Perelek itu tradisi orang Jawa Barat, ATM Berasnya itu produk teknologi. Selain ini bentuk pengamalan Sila Kedua Pancasila,” kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

Acara yang berlangsung sejak Pukul 19.30 WIB ini juga diisi oleh tarian kolosal yang melambangkan Nyi Pohaci, simbol kemakmuran Jawa Barat berdasarkan cerita rakyat. Usai tarian selesai, para peserta mulai berjalan meninggalkan tempat pembukaan di Jalan Jenderal Sudirman menuju titik finish di Jalan RE Martadinata.

Baca Juga:  Tersulut Emosi, Suami di Tanjungbalai Bakar Istri Gegara Kerja di Kafe

Selain itu, komunitas masyarakat adat dari berbagai daerah di Jawa Barat juga turut diundang oleh panitia acara untuk mengikuti karnaval ini. Salah satunya, masyarakat adat Ciptagelar, Sukabumi yang dikenal memiliki ketahanan pangan yang kuat dengan cadangan beras yang bisa dijadikan persediaan untuk beberapa tahun ke depan. (Red)

Jabar News | Berita Jawa Barat