Menag: Guru Besar Jangan Mengalienasi Diri Dari Isu Aktual

JABARNEWS | BANDUNG – Saat ini kehidupan umat beragama di Indonesia mendapat ancaman serius seiring dengan datangnya era disrupsi dalam segala bidang. Ketika informasi sudah bergerak cepat tanpa batas teritorial, pengaruh transnasionalisasi Islam membawa dampak negatif bagi kehidupan beragama dan bernegara.

Itu diungkapkan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di depan 100 guru besar Perguruan Tinggi Islam dari seluruh Indonesia, saat membuka acara The 2nd Islamic Higher Education Professors (IHEP) Summit, di Hotel Aquilla, Bandung, Sabtu (8/11/2018).

Era disrupsi teknologi telah menyeret umat beragama pada perilaku berlebihan, dengan dua kutub ekstrem yaitu konservatifisme dan liberalisme. Menurut Menag, keduanya menciptakan ancaman, tidak hanya bagi keberagamaan tapi juga Keindonesiaan. Makanya Menag meminta para guru besar di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam mengambil bagian secara aktif dalam mewujudkan keberagaan yang damai dan moderat di Indonesia.

Baca Juga:  Laporan SPT Perorangan Berakhir 31 Maret 2023, Yana Mulyana Imbau ASN Pemkot Bandung Segera Lapor

Banyak fenomena aktual, seperti maraknya dakwah dengan cara marah, kontroversi bendera tauhid dan isu-isu Keislaman politis meluncur ke hadapan publik meluncur begitu saja tanpa tinjauan akademis yang mencerahkan. “Mengapa tak pernah ada studi yang mendalam tentang ini? Ini current isuses yang umat menunggu-nunggu,” tegas Menag.

Seharusnya, persoalan aktual yang terjadi harus direspon dengan pendekatan akademik yang kaya basis ilmiah. Peran guru besar itu tidak hanya seputar pengajaran, riset, kajian ilmiah, dan pekerjaan akademis saja. Tapi yang tidak kalah pentingnya yakni community services. Menag mengkritik para guru besar yang kurang sensitif terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya.

Kalau pendidikan hanya dimaknai transformasi ilmu pengetahuan, maka gadget berperan lebih baik. Dalam gengaman tangan, gawai jauh lebih cepat memenuhi kebutuhan pengetahuan dan informasi, melebihi dosen dan guru besar.

Baca Juga:  Pengaruh Taifun Surigae, BMKG Prediksi Potensi Hujan Lebat di Wilayah Ini

Pakar studi Islam yang menjadi dosen tetap di Monash University Australia, Nadirsyah Hosen yang hadir menjadi nara sumber pada pertemuan ini mengkhawatirkan angin politik Arab Springs yang membuat negara-negara Islam bergejolak dan akan berdampak ke Indonesia.

Angin tersebut meniupkan radikalisme dan konservativisme yang merusak keberagamaan Indonesia yang pluralis.

Sekarang banyak influencer medsos yang bicara tanpa latar belakang ilmu. Ini investasi kerusakan jangka panjang. “Maka guru besar harus merebut kembali wacana publik untuk masa depan agama dan negara,” katanya.

Di Amerika Serikat, kata dia, yang budaya leterasinya bagus ternyata dapat ditembus propaganda negatif melalui media sosial. Ketika hoaks menjadi panglima dalam mengambil keputusan, maka masa depan bangsa ini dalam bahaya besar.

Baca Juga:  Tok! Zaenal Mutaqin Terpilih Jadi Ketua DPC PKB Subang Periode 2021-2026

Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin mengatakan, pertemuan para guru besar ini merupakan upaya Kementerian Agama dalam melibatkan guru besar secara lebih mendalam dalam memecahkan persoalan fundamental dalam proses menjaga situasi beragama dan berbegara secara kondusif di tengah pengaruh global yang menarik ke arah radikalisme.

Pada pertemuan yang mengambil tema “Membingkai Agama dan Kebangsaan” ini Kemenag mendorong para guru besar melahirkan rumusan strategis sebagai solusi problem konservatisme di berbagai level sosial di tanah air.

“Dedikasi para guru besar sangat fundamental dalam merespon munculnya konservatisme beragama,” tandasnya. (Mil)

Jabarnews | Berita Jawa Barat