JABARNEWS | KAB.TASIKMALAYA – Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tasikmalaya, kasus penderita Tuberculosis terus meningkat diwilayahnya.
Pada tahun 2017 ada sekitar 2205 kasus dan di tahun 2018 sekitar 2227.
Sedangkan untuk tahun 2019 sampai 15 Maret, Dinkes mencatat ada sekitar 352 kasus
“Untuk 2019 yang terdata baru 352 kasus TBC ditemukan, itu belum yang terlaporkan dan laporanbelum direkap. Biasanya bulan depan baru ada update terbaru,” ungkap Kabid P2PL Dinkes Kabupaten Tasikmalaya, Atang Sumardi, Selasa (19/3/2019).
Menurutnya, TBC merupakan penyakit kedua setelah HIV yang sulit untuk diobati, pasalnya pengobatannya harus teratur.
“Mengobati TB itu harus telaten dan teratur dalam 6 bulan. Setiap harinya asupan obat harus dilaksanakan, jika satu hari saja tidak di makan harus mengulang lagi dari awal,” terangnya
Ia menegaskan, sebenarnya jika si pasien atau penderita bisa teratur minum obat selama 3 bulan, penyakit TBC bisa sembuh apalagi dibarengi dengan pola hidup bersih dan sehat.
“Perilaku hidup sehat diperlukan, kontroling lingkungan sekitar juga bisa membantu. Setidaknya jika di satu rumah ada penderita penyakit TBC, 20 rumah di sekitar si penderita juga harus dikontrol, karena kan TBC merupakan penyakit menular,” jelasnya.
Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan Dinkes Kabupaten, salah satunya penyebaran alat pendeteksi dini di rumah sakit dan puskesmas yang mempunyai fasilitas serta pemberian obat-obatan gratis.
“Alat pendeteksi dini TBC sudah tersebar dibeberapa tempat seperti RS SMC, Pkm Ciawi, PKM Manunjaya. Obat-obatannya pun disiapkan gratis,” tandasnya.
Sebagai penutup Atang meminta masyarakat agar lebih memperhatikan pola hidup sehat dan bersih serta pemeriksaan berkala jika ada yang terjangkit penyakit TB. (Yud)
Jabar News | Berita Jawa Barat
