Rifqi: Hoaks Pemilu Dapat Menurunkan Kepercayaan dan Partisipasi Publik

JABARNEWS | BANDUNG – Hoaks pemilu tidak hanya menyerang peserta pemilu, tapi juga menyerang penyelenggara pemilu, dan ini dapat menurunkan kepercayaan publik serta menurukan tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilu.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua KPU Jawa Barat, Rifqi Alimubarok saat menghadiri Workshop “Santun Bermedia Sosial untuk Pemilu Damai” di UIN Bandung, Sabtu (6/4/2019).

Rifqi mencontohkan, hoaks pemilu yang menyerang penyelanggara, diantaranya orang gila bisa memilih saat Pemilu.

“Bukan orang gila yang luntang lantung dijalan gitu, tapi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), mereka itu punya hak dan wajib didata. Makanya kita masukkan ke data pemilih,” tuturnya.

Baca Juga:  Warga Cirebon Tewas di Pintu Perlintasan Kereta Api Subang

Lanjut Rifqi, contoh lainnya adalah hoaks tentang 31 juta pemilih siluman yang marak beredar di media sosial.

“Jadi gak ada 31 juta pemilih siluman ini, karena sudah kita validasi,” tegasnya.

Rifqi mengungkapkan, saat ini hoaks atau berita bohong terkait politik diantaranya pemilu, tengah hangat dibicarakan masyarakat di media sosial.

“Sekarang ini, hoaks politik trandnya naik dibandingkan dengan hoaks SARA dan Teroris,” ungkap Rifqi.

Baca Juga:  Begini Langkah Kota Depok Antisipasi Bencana Akibat Cuaca Ekstrem

Menurutnya, hoaks tentang pemilu ini merupakan salah satu masalah dalam kampanye melalui media sosial.

Rifqi mengatakan, saat ini untuk menggaet pemilih, peserta pemilu sudah beralih menggunakan media sosial untuk sarana kampanye.

“Sekarang kampenye udah bukan nyebarin kertas atau pamflet ke rumah-rumah atau konvoi gitu, tapi melalui media sosial. Jadi jangan kaget ada kampanye lewat medsos, karena sudah diperbolehkan,” ungkapnya.

Rifqi pun menambahkan, maraknya penggunaan media sosial dalam kampanye adalah untuk menggaet pemilih usia produktif yang berjumlah hampir 50% dari total DPT se-Indonesia.

Baca Juga:  Ngeri, Perempuan Pengendara Motor Di Purwakarta Ini Tewas Tergilas Truk Tronton

“192 juta DPT di Indonesia, 17 juta diantaranya berusia 17 sampai 20 tahun, 42 juta berusia 21 sampai 30 tahun terus 43 juta berusia 31 sampai 40 tahun, dan ini ini merupakan pemilih usia produktif,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Rifqi menghimbau agar masyarakat ikut serta memerangi hoaks, khususnya hoaks pemilu agar terciptanya pemilu damai.

“Kita sama-sama memerangi hoaks pemilu ini, cek dulu jangan langsung sebar tanpa validasi demi menciptakan pemilu damai.” pungkas Rifqi. (Mel)