Mahasiswa UI Peduli Risiko Kesehatan Kerja Pengrajin Keramik Tradisional

JABARNEWS | PURWAKARTA – Masih menggunakan cara tradisonal proses pembuatan gerabah keramik asal Desa Anjun Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta dianggap berpotensi terhadap pencemaran udara hingga berisiko terhadap kesehatan pengrajin dan lingkungan.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Sentra Keramik Plered Mumun Maemunah mengatakan, jika berdampak buruk bagi para pengrajin bahkan masyarakat sekitar, maka pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan mencari solusi agar kesehatan para pengrajin dalam kondisi baik.

“Jika memang berisiko untuk kesehatan khususnya pengrajin, maka Hal itu tentu menjadi pekerjaan rumah yang harus diatasi segera mungkin, sebagai antisipasi awal kita akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan,” kata Mumun. Kamis (29/8/2019).

Baca Juga:  Dua Pemuda Tewas Karena Miras Oplosan, Penjual Alkohol Diperiksa

Sebelumnya, Mahasiswa pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) mendatangi industri rumahan berbahan dasar tanah liat itu secara bertahap. Mereka berinteraksi kemudian melakukan pemeriksaan kesehatan menggunakan alat yang fokus terhadap kualitas udara dan debu.

Para mahasiswa ini melakukan penelitian terhadap dampak pembuatan gerabah keramik manual dari mulai mengolah bahan dasar tanah liat, pembentukan, pembakaran, hingga pengecetan yang cendrung beresiko tinggi karena belum ada standar operasional prosedur (SOP) keselamatan kerja.

Baca Juga:  Lima Level Keuangan Yang Mesti Diketahui, Kalian Termasuk yang Mana?

“Ini bentuknya industri rumahan yang pembuatannya masih sederhana atau manual, kesehatan dan keselamatan para pekerja masih berisiko tinggi,” ujar salah seorang mahasiswa pasca sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Astrid Salome ditemui disela-sela penelitian.

Dari total 2,200 pengrajin 107 di antaranya diambil sample untuk penelitian. Pemeriksaan kesehatan mereka fokus terhadap kualitas udara konsentrasi terhadap debu atau PM10 menggunakan alat EPAM, dan gas SO2 atau sulfur diosida menggunakan alat spektropotometer.

Baca Juga:  Ekspedisi Tahap Dua Digelar SAR Pramuka 0914 Purwakarta

Ia mengaku, hasil penelitian tidak bisa langsung terlihat karena harus dilakukan penelitian lebih lanjut.

“Tidak bisa, sekarang kita baru obserpasi terhadap 107 pengrajin yang kemudian dilakukan pencecekan di laboratorium,” ungkapnya.

Sementara itu, salah seorang pengrajin gerabah keramik, Ipin (27), mengaku mengapresiasi kepada para mahasiswa melakukan penelitian ini. Sehingga dirinya mendapat masukan atau ilmu baru soal keselamatan kerja.

“Memang kesehatan itu penting, kalau nanti hasilnya menunjukan beresiko mungkin harus ada upaya untuk pencegahan,” pungkas Ipin. (Gin)

Jabar News | Berita Jawa Barat