Indonesia dan Jepang Berkolaborasi Kembangkan EBT

JABARNEWS | JAKARTA – Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang akan berkolaborasi dalam mengembangkan pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia.

Rencana kolaborasi tersebut terlihat saat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menerima kedatangan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang Hiroshige Seko bersama Duta Besar Kekaisaran Jepang untuk Indonesia Ishii Masadumi beberapa waktu lalu.

“Kita mengundang para investor asal Jepang untuk menanamkan modalnya di bidang EBT di tanah air. Intinya, Kementerian ESDM mengundang Jepang untuk investasi di EBT,” ungkap Staf Ahli Bidang Perencanaan Strategis Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi beberapa waktu lalu.

Baca Juga:  Peri Sandria Minta PSSI Lebih Selektif Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia

Pada pertemuan tersebut akan membuka peluang bagi kedua negara untuk berkolaborasi mengembangkan kerja sama energi di bidang investasi ketenagalistrikan, supply LNG, kendaraan listrik dan hibrida, Blok Masela serta lebih fokus ke pembangkit EBT di Indonesia.

“Jepang siap menawarkan diri untuk membantu Indonesia dalam pengembangan pembangkit EBT ,” ujar Yudo.

Baca Juga:  Begini Modus Komplotan Mengaku Polisi Sekap Penjaga Toko di Majalengka

Secara khusus, Menteri Hiroshige juga mengundang kehadiran Menteri Jonan pada acara energy transition ministerial meeting di Jepang bulan Juni nanti.

“Menteri Jepang mengundang Pak Jonan untuk hadir dalam acara energy transition saat G-20 nanti di Jepang pada 15 Juni hingga 16 Juni 2019,” jelas Yudo.

Transisi energi, imbuh Yudo, menjadi salah satu agenda penting yang diulas oleh para anggota G-20. Bahkan, di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi nanti dimemungkinkan akan ada penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di bidang energi.

Baca Juga:  Sabar, Warga Kota Bandung Belum Bisa Nikmati Bioskop, Ini Alasannya

Setiap negara akan mengusung konsep energi baru terbarukan. Indonesia sendiri mengusung biofuel khususnya B20 (Pencampuran 20% biodiesel dan 80% solar).

Langkah Indonesia sejauh ini mendapatkan dukungan positif dari Brasil dan Italia. Meski begitu, penggunaan biofuel sawit sebagai bahan bakar sejatinya masih menjadi polemik khususnya bagi negara-negara di Eropa. (Red)