Ini Alasan Mengenai Mitos Jangan Menggunakan Baju Hijau di Pantai

JABARNEWS | JAKARTA – Peneliti madya Bidang Oseanografi Terapan Pusat Riset Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan Widodo Pranowo menyebut alasan logis tidak menggunakan baju berwarna hijau untuk berwisata di pantai agar lebih mudah dicari ketika terseret arus atau tenggelam.

Mitos terkait Ratu Pantai Selatan memunculkan larangan menggunakan baju berwarna hijau saat berwisata di pesisir terutama di pantai selatan Jawa, namun Widodo mencoba memberikan pemikiran logis dengan menjelaskan bahwa baju berwarna hijau akan menyatu dengan warna air laut, sehingga akan lebih sulit dicari dibanding kostum berwarna cerah seperti jinnga atau merah muda.

“Perihal wisatawan tenggelam di beberapa lokasi pesisir selatan Jawa saat libur Lebaran 2019, masyarakat memang harus lebih waspada karena pada bulan Juni menjadi awal dari musim angin tenggara. Karena angin dingin dan kering dari Australia bergerak menuju Indonesia ke arah Barat Laut yang memunculkan arus yang mematikan yang biasa disebut Rest in Peace (RIP) Current” ujar Widodo

Baca Juga:  Pinjol Merajalela, Satgas Anti Rentenir Kota Bandung Terima 7.321 Pengaduan Masyarakat

Angin yang bergerak dari benua kanguru tersebut memunculkan dua fenomena berupa gelombang menjalar mengarah tegak lurus ke pantai dan umbulan massa air laut dari lapisan dalam menuju ke lapisan permukaan yang lebih dikenal sebagai upwelling.

“Gelombang yang datang tegak lurus menuju pantai selatan Jawa ketika menghantam dua gundukan pasir atau karang yang mengapit sebuah alur laut yang lebih dalam akan menghasilkan arus balik mengarah ke laut dengan kecepatan sekitar 20 meter per detik,” kata Widodo.

Baca Juga:  Inilah Aktor Dan Aktris Terkenal Pemeran Film To All The Boys I've Loved Before

“Arus tersebut dapat menggerus pasir yang sedang dipijak wisatawan di bibir pantai lalu menyeretnya hingga 100 meter ke lepas pantai hanya dalam hitungan lima detik”. Tambahnya

Widodo mengatakan saat wisatawan tersebut panik lalu mencoba berenang tegak lurus melawan arus kembali menuju ke pantai, niscaya akan kehabisan energi dan kehabisan napas, sehingga kemungkinan tenggelam akan lebih besar. Kekuatan RIP Current bervariasi, manakala kekuatannya cukup tinggi maka akan semakin menyeret korban begitu jauh ke lepas pantai.

Berbeda dengan mitos yang dipercaya banyak orang bahwa RIP Current itu menyeret orang ke dasar laut, kenyataannya arus pecah ini dapat mendorong ke lepas pantai, bukan ke bawah air. Sehingga masih bisa tetap bertahan di permukaan asalkan memahami beberapa trik meloloskan diri dari RIP Current ini.

Baca Juga:  Sensasi Puncak Bogor Ada Di Cipasung

Saat terseret arus, orang biasanya panik dan berusaha berenang lurus melawan arus untuk kembali ke tepi pantai. Hal ini justru berbahaya, karena akan membuatmu kelelahan dan tenggelam

Kasus yang terjadi adalah korban baru muncul ditemukan beberapa jam hingga hari kemudian. Beberapa kasus bahkan korban tidak ditemukan jasadnya sama sekali, kemungkinan tersangkut oleh cerukan karang di dasar laut, sehingga jasad tidak bisa muncul kembali ke permukaan ketika RIP Current melemah. (Red)

Jabar News | Berita Jawa Barat