Keren! Tiga Mahaiswa Unand Ciptakan Prototipe Pembatas Kendaraan Muatan Berlebih

JABARNEWS | PADANG – Pemuda Indonesia kembali melahirkan torehan yang gemilang. Pasalnya, tiga mahasiswa Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, yakni Rifki Firdaus, Lucyana Lufti dari Jurusan Teknik Elektro dan Muhammad Habib Anshor dari Teknik Mesin, berhasil menciptakan prototipe penghalang kendaraan beroperasi saat kelebihan.

“Prototipe ini kami ciptakan berawal dari kondisi banyaknya kendaraan terutama truk di jalan raya yang tetap beroperasi kendati kelebihan muatan dari batas angkut maksimum sehingga bisa membahayakan pengendara jalan yang lain,” kata salah seorang mahasiswa pencipta Mass, Lucyana Lufti di Padang, Sabtu.

Prototipe yang diberi nama Machine-Stopping System (Mass) itu dibuat dalam rangka Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) digelar Kemenristek Dikti.

Menurut Lucyana saat kendaraan kelebihan muatan tetap beroperasi minimal ada tiga risiko yang dihadapi yaitu membahayakan pengendara dan pengemudi jika oleng, membuat aspal cepat rusak karena dilewati kendaraan dengan beban berat dan memperpendek umur kendaraan itu sendiri.

Baca Juga:  Pembangunan Jembatan Pasirayu Telan Biaya Rp.6,5 Milyar

“Kelebihan muatan pada kendaraan memberikan efek ganda pada berbagai sisi,” ujarnya.

Ia menjelaskan Machine-Stopping System yang dirancang menyerupai sistem kerja lift yang tidak dapat dioperasikan dalam keadaan kelebihan muatan.

Saat lift kelebihan beban alarm peringatan akan berbunyi, pintu tidak dapat ditutup serta mesin lift tidak dapat digerakkan, agar lift tersebut dapat dioperasikan kembali, beban yang akan diangkut lift harus dikurangi terlebih dahulu, ujarnya.

Dengan mengadopsi sistem lift ini, tim PKM-KC mahasiswa Teknik Unand merancang prototipe sistem machine-stopping system dengan komponen berupa buzzer, relay, LED dan motor servo yang akan menghalangi kendaraan beroperasi dalam keadaan kelebihan muatan. Sistem Mass yang dirancang oleh ketiga mahasiswa tersebut, tertanam atau terintegrasi secara langsung pada kendaraan.

Baca Juga:  Polemik Seleksi Pegawai Non-ASN Bawaslu Purwakarta; Dokumen Hasil Test Buka Ke Publik

Prinsip kerja dari sistem ini, adalah sensor beban load cell akan ditempatkan pada posisi rangka kendaraan, yang mengalami kelendutan maksimal, akibat perubahan beban yang diberikan pada rangka tersebut.

Kemudian, akan diseting pada mikrokontroler pengolah data beban maksimum, yang menyebabkan kendaraan berada dalam kondisi beban maksimum, dengan setinggan akan mengacu kepada berat rangka kendaraan, berat kendaraan, berat mesin dan berat maksimum beban.

Jika sensor tersebut mendeteksi kendaraan dalam kondisi kelebihan muatan, maka sensor akan menyebabkan mikrokontroler memerintah alarm peringatan berbunyi, mematikan mesin kendaraan dan menghalangi pintu kendaraan tertutup secara otomatis.

Baca Juga:  Jokowi Kasih Modal Rp 3,6 Triliun Ke KAI

Namun, jika beban pada kendaraan telah dikurang,i kendaraan tidak dalam kondisi kelebihan muatan, maka mesin kendaraan dapat dioperasikan kembali.

“Sistem ini tidak akan mengganggu kerja dari komponen mesinnya. Sistem ini hanya akan bekerja jika sensor mendeteksi kendaraan dalam kondisi kelebihan beban,” kata dia.

Menurut dia butuh waktu sekitar empat bulan untuk merancang alat ini dengan menghabiskan biaya sekitar Rp 4 juta. Prototipe ini akan dinilai oleh tim dan Kemenristek Dikti dan jika lolos akan dipresentasikan di Jakarta pada Agustus 2019. (Ara)

Jabar News | Berita Jawa Barat