Petani Bawang di Nganjuk Panen Untung Pakai Metode BAMELE

JABARNEWS | JAKARTA – Kebijakan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman dalam mendorong petani bawang merah di Nganjuk, Jawa Timur (Jatim) untuk mengubah pola budidaya dan menerapkan inovasi dinilai mampu melipatgandakan penghasilan.

Dorongan tersebut membuat para petani bawang merah di Nganjuk menerapkan metode budidaya bawang merah cukup unik yakni memadukan tanaman bawang merah dengan ternak ikan lele.

Petani setempat menyebutnya metode BAMELE alias Bawang Merah dan Lele. Hasilnya luar biasa, petani bisa menikmati keuntungan ganda, sebab keuntungan tidak hanya dari hasil bawang merah, tapi juga dari panen lele.

Susanto, petani asal Dusun Padangan, Desa Banaran Kulon, Kecamatan Bagor, Nganjuk, merupakan salah satu petani yang mencoba teknik BAMELE di lahan bawang merahnya. Menurutnya, tujuan awal teknik ini untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengajak petani melakukan budidaya secara sehat dan ramah lingkungan.

Baca Juga:  Olah Limbah Dapat Rp. 100 Juta Sebulan

“Ini cara budidaya nonpestisida, tidak pakai bahan kimia karena di bawahnya ada lele. Untuk pengendalian hama, kami gunakan lampu light thrap dan pengendali hayati. Jadi produk bawang merah kami sehat dan aman dikonsumsi. Buktinya, ikan lele bisa hidup dengan baik,” kata Susanto kepada Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi, bersama rombongan yang mengunjungi pertanaman bawang merah dengan metode BAMELE, Kamis (11/7/2019).

Menurut Susanto, budidaya dengan metode BAMELE ini sangat sederhana dan benar-benar mengoptimalkan lahan. Dalam parit atau got lahan bawang merah berukuran lebar 40 sentimeter, bisa ditebar bibit lele berukuran diameter kepala 6 sampai 7 mili sebanyak 132 ribu ekor per hektare. Umur pemeliharaan lele sama dengan umur panen bawang merah yaitu 60 sampai 70 hari.

Baca Juga:  Keren! Besok Seluruh Kecamatan di Kota Bandung Tanam 15 Ribu Pohon

“Hasilnya sangat memuaskan, bisa dipanen bawang merah kelas organik 16 hingga 17 ton per hektare plus 10 ton lele. Harganya saat ini juga lagi bagus, bawang merah varietas Tajuk di petani dihargai Rp16.000 per kilogram, sementara lelenya Rp15.000 per kilogram. Sangat menguntungkan,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi mengaku sangat mengapresiasi cara unik dan inovatif petani Nganjuk dalam berbudidaya bawang merah yang ramah lingkungan menggunakan teknik Bamele.

Pasalnya, metode budidaya BAMELE ini sangat menarik, bisa memberi keuntungan berlipat bagi petani maupun lingkungan secara umum. Petani menerapkan budidaya nonpestisida, cukup mengandalkan lampu perangkap hama (light thrap) untuk mengatasi hama dan saluran air menjadi lebih terjaga karena diisi lele.

Baca Juga:  Langgar Perda, Hotel Bintang 4 Disegel Pemkot Bandung

“Hasil panen keduanya juga sehat dan aman dikonsumsi, pendapatannya double, bisa ratusan juta per hektar. Jadinya multi purpose. Cocoklah dengan arahan Bapak Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk terus meningkatkan inovasi demi tingkatkan produktivitas dan kesejahteran petani serta produk kita harus berdaya saing. Ini juga sesuai dengan visi Ditjen Hortikultura yang memang mengedepankan aspek budidaya ramah lingkungan,” kata Suwandi dalam keterangan tertulisnya.

Menurutnya hal ini merupakan contoh kreativitas pola integrasi selama ini hanya dikenal mina-padi, sekarang sudah ada mina-cabai, mina-bamer, dan lainnya.

“Tiap daerah punya kearifan lokal dan cara sendiri dalam berbudidaya bawang merah. Silakan saja petani berimprovisasi. BAMELE ini patut dicontoh sentra bawang merah lainnya,” imbau Suwandi. (Kis)

Jabar News | Berita Jawa Barat