Soal Pemujaan di Gunung Hejo, Ini Kata Juru Kuncinya

JABARNEWS | PURWAKARTA – Gunung Hejo dikenal sebagai tempat ritual pemujaan dan pesugihan, oleh masyarakat Purwakarta maupun masyarakat di luar Purwakarta.

Konon katanya, banyak orang dari berbagai daerah datang ke sini untuk meminta kekayaan dan sebagainya. Gunung Hejo sendiri dianggap sebagai salah satu lokasi kerajaan gaib terbesar di Pulau Jawa.

Gunung Hejo letaknya cukup jauh dari jangkauan pemukiman masyarakat umum, dan lokasinya masuk ke wilayah Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta.

Menurut Juru Kunci Gunung Hejo, Mustopa bin Ija Banten (94) menceritakan, asal mula dinamakan Gunung Hejo adalah pernah terjadi kebakaran hutan di area Hejo, hingga meluluhlantahkan semua area tersebut. Saat bencana itu, semua hangus terbakar, tetapi hanya Gunung Hejo yang tidak tersentuh api sedikitpun.

Baca Juga:  Sebelum Bunuh Diri, Ibu Muda Ini Menulis Surat Untuk Suami

“Pada jaman dulu, pernah juga terjadi musim kemarau yang panjang hampir 9 bulan lamanya. Pohon dan semak belukar kekeringan, bahkan dedaunan menguning rontok. Namun, hanya pohon-pohon di sekitar area gunung itu yang masih berwarna hijau, sehingga masyarakat sekitar menyebutnya Gunung Hejo,” jelas pria yang akarab disapa Abah Kecrik, saat ditemui di Gunung Hejo, Selasa (30/7/2019).

Baca Juga:  Ramalan Zodiak Hari Ini, Keuang Aries Sedang Tidak Baik-baik Saja Jangan Boros Ya

Abah kecrik membantah, jika di Gunung Hejo ada tempat pemujaan ataupun juga pesugihan.

“Yang ada Gunung Hejo merupakan tempat petilasan dari raja-raja Pasundan di jaman dahulu seperti Prabu Kiansantang, Prabu Siliwangi, Kyai Haji, Ki Buyut Sepuh dan Raden Surya Kencana. Di sini mereka sering melakukan pertemuan untuk membahas berbagai macam hal, mulai dari pemerintahan hingga agama,” kata Abah Kecrik

Baca Juga:  Bupati KBB Tersangka, Pelayanan Masyarakat Tetap Jalan

Gunung Hejo, kata dia, hampir setiap hari didatangi peziarah dari berbagai daerah tidak hanya Pulau Jawa, bahkan sampai ada peziarah yang datang dari Batam.

Menurutnya, di Gunung Hejo itu tidak ada makam orang suci ataupun wali, melainkan tempat Patilasan Kasuhunan Prabu Siliwangi.

“Cerita orang tua dulu bahwa Prabu Siliwangi menjadikan Gunung Hejo sebagai tempat kompromi. Jadi disini gak ada tempat pesugihan atau pemujaan, untuk meminta kekayaan,” tegasnya. (Gin)

Jabar News | Berita Jawa Barat