Cegah Stunting, Pemprov Gagas Program Seribu Hari Pertama Kehidupan-Plus

JABARNEWS | BANDUNG – Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki kepentingan dengan kampanye Hari Pertama Kehidupan karena kesehatan merupakan investasi utama dalam pembangunan di Bumi Pasundan. Maka dari itu, Dinas Kesehatan Jawa Barat mencanangkan Program “Seribu Hari Pertama Kehidupan-Plus”. Ini adalah program untuk usia nol hari kehamilan seorang ibu sampai 22 minggu kehamilan seorang ibu

“Jadi ini adalah layanan asupan gizi mikro dan protein untuk ibu hamil usia nol hingga 22 minggu kehamilan. Khusus Jabar kelihatannya yang masih bisa kita kembangkan atau tingkatkan kualitas program penanganan stunting itu dengan fokus kepada Seribu Hari Pertama (Kehidupan) yang Plus,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Berli Hamdani Gelung Sakti, Minggu (21/7/2019).

Baca Juga:  Surat Meira Alia Putri, Siap Pertahankan Purwakarta Istimewa

Berli mengatakan, selama ini program penanganan stunting dan gizi buruk hanya fokus pada usia kehamilan 22 minggu dan anak berusia dua tahun.

“Jadi, kalau untuk Jawa Barat nanti kita akan launching-kan, pertama itu adalah bagaimana kita fokus di asupan gizi terutama protein dengan gizi mikro untuk ibu hamil usia nol sampai dengan 22 minggu kehamilan,” katanya.

Sementara itu, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya Kamil menyatakan bahwa stunting pada anak dapat mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal. Maka itu, stunting dapat menjadi faktor rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) karena berpengaruh terhadap produktivitas.

Baca Juga:  Monyet Lapar, Lahan Pertanian Warga Pun Digasak

Menurut Atalia, perilaku dan kesadaran hidup bersih dan sehat masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan sejak dini. Karena untuk mencegah stunting, perilaku hidup bersih dan sehat harus sudah terbentuk pada periode emas, yakni Program Seribu Hari Pertama Kehidupan-Plus.

“Pencegahan dan penanggulangan stunting sangat penting. Seribu Hari Pertama Kehidupan-Plus merupakan periode sensitif yang menentukan kualitas hidup di masa yang akan datang. Di mana akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi,” katanya.

Baca Juga:  KPU Majalengka Tetapkan Caleg Terpilih 2019-2024

“Saat ini, kita memprioritaskan Seribu Hari Pertama-Plus sebagai periode utama untuk pencegahan stunting. Namun, karena stunting merupakan hasil dari permasalahan gizi secara kronis, idealnya, pencegahan stunting seharusnya dimulai lebih awal lagi, lebih ke hulu yaitu pada masa remaja,” lanjutnya.

Atalia menambahkan, status gizi masyarakat yang baik merupakan fondasi pendidikan, kesehatan, dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku pada remaja menjadi kunci keberhasilan dalam mempersiapkan generasi bebas stunting. (Ara)

Jabar News | Berita Jawa Barat