Keluh Kesah Pedagang TWA Tangkuban Parahu Kepada Staf Presiden

JABARNEWS | BANDUNG – Demi terjaganya kelestarian lingkungan hidup, konservasi alamnya serta kearifan lokal membuat wisata alam semakin asri. Namun, dengan adanya pelanggaran seperti penebangan pohon Pamanah Rasa, membuat Difasilitasi Kantor Staf Presiden (KSP), masyarakat dan para pedagang yang biasa berjualan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu mengungkapkan keluh kesah mereka kepada BKSDA Jawa Barat.

Para pedagang mencurahkan isi hati mereka selama berdagang di kawasan wisata tersebut kepada pihak BKSDA Jabar yang diwakili oleh Kepala Resort TWA/CA Gunung Tangkuban Parahu, Suryatman.

Wakil Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Tangkuban Parahu, Asep Dian Heryadi atau akrab disapa Yosep, menyampaikan apa yang menjadi pembicaraan antara pihak masyarakat dengan BKSDA dan Staf Presiden Ariani Djalal.

Baca Juga:  Bupati Sumedang: Batik Sudah Jadi Busana Semua Kalangan, Pemersatu Bangsa

“Yang dibicarakan antara lain memgenai hubungan para pedagang atau masyarakat dengan pengelola TWA Tangkuban Parahu. Kami merasa tidak nyaman Tangkuban Parahu dikelola oleh PT GRPP. Sudah sekian lama terpendam, lama-lama muak juga,” kata Yosep di hadapan Staf Presiden, Ariani Djalal, Selasa (20/08/2019).

Dia beserta para pedagang mengharapkan ada perubahan pengelolaan. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat secara swadaya untuk mengelola Tangkuban Parahu.

“Seperti program perhutanan sosial. Dengan program tersebut diharapkan dapat mempersatukan antara masyarakat desa. Nantinya, konsorsium LMDH secara swadaya dan gotong royong mengelola bersama pedagang,” kata Yosep.

Dia mencontohkan tidak jauh dari kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu ada kawasan wisata hutan pinus PAL 16 yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat.

Baca Juga:  Cara Menata Bunga di Rumah Agar Lebih Indah, Simak!

Dengan objek wisata hutan pinus PAL 16 Cikole, pihaknya bisa membuktikan bahwa masyarakat di sekitar area hutan pinus bisa mengelola dengan baik potensi alam yang ada.

“Kami belum lama mengelola objek wisata hutan pinus PAL 16 Cikole ini. Dengan pengelolaan swadaya ini justru kami bisa menjaga kebersihan wisata, merawat alamnya sekaligus,” tambahnya.

Perlu diketahui, objek wisata hutan pinus PAL 16 Cikole ini belum lama berdiri, baru sekitar dua bulan. Areanya meliputi hutan pinus seluas 2 hektar. Di dalamnya, terdapat spot spot cantik untuk berswafoto dengan latar belalang khas alam hutan pinus dataran tinggi pegunungan.

Baca Juga:  PHBS di Jawa Barat Masih Cukup Rendah

Melalui pertemuan yang difasilitasi KSP ini Yosep mengaku sangat optimis.

“Mari kembali kearifan lokal, gantikan pengelola. Sekali lagi kami sangat lega, dan berharap besar tindak lanjut dari negara terhadap nasib kami,” ujarnya.

Kepala Resort TWA/Cagar Alam Tangkuban Parahu, Suryatman mencatat semua keluhan masyarakat dan pedagang TWA Tangkuban Parahu. Dia akan segera melaporkan apa yang disampaikan oleh masyarakat dan mendengar saran yang disampaikan oleh Staf Presiden, Ariani Djalal.

“Kami akan segera melaporlan ke atasan. Kami dengar juga saran dari Bu Ariani Djalal agar lebih baik lagi berkomunikasi dengan pengelola dan masyarakat,” ujar Suryatman. (Red)

Jabar News | Berita Jawa Barat