IMIKI Gelar Diskusi Publik Bertema Milenial dan Propaganda Ideologi

JABARNEWS | BANDUNG – Acara Diskusi Publik dengan mengusung tema “Milenial & Propaganda Ideologi” diselenggarakan Pengurus Pusat Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia di Bandung Creative City Forum (BCCF). Senin (26/8/2019).

Dalam kegiatan ini dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan pemaparan narasumber yang hadir dari berbagai perpsektif terkait dengan tema kegiatan. Diantaranya, Muradi, S.S.,M.Si., Ph.D hadir sebagai Direktur Pusat Studi Keamanan Nasional Fisip Unpad untuk memberikan implikasi tema dengan kondisi keamanan dan ketahanan nasional. Dr. Karuniana Dianta Sebayang, S.IP., ME sebagai Pengamat Sosial Ekonomi Politik yang memberikan gambaran pada peserta yang mayoritas generasi milenial tentang propaganda pada aspek politik dan perekonomian.

Hadir pula Deni Ahmad Haidar sebagai perwakilan religi selaku Ketua PW Ansor Jawa Barat yang meberikan perspektif terkait propaganda khususnya di media sosial dengan narasi keagamaan. Serta Mahbub Ubaedi Alwi mewakili generasi milenial dan organisasi IMIKI sendiri sebagai Ketua Umum IMIKI yang memberikan perspektif tentang pentingnya memahami cara kerja dan gerakan propaganda yang muncul di berbagai media sosial yang digandrungi generasi milenial.

Baca Juga:  Pasutri dan Penolong Di Garut Tewas Usai Terjatuh Ke Septic Tank

“Organisasi kemahasiswa yang bersifat semi profesi sebagai wadah mahasiswa keilmuan dengan softskill pada dunia keprofesian perlu untuk ikut serta mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa berperan dalam menjaga Pancasila dari propaganda pemikiran yang mengarah pada penolakan falsafah dan Azaz dasar negara tersebut”, pesan Mahbub.

Sementara itu, menurut Muradi, propaganda ideologi yang menjadi tantangan bagi kalangan milenial hari ini adalah pada aspek keagamaan dan juga konsumerisme.

Baca Juga:  Berkah Libur Paskah, Wisata di Lembang Bandung Barat Kembali Ramai

“Tantangan generasi milenial yang tidak bisa lepas dari media sosial hari ini adalah persoalan keagamaan yang mengarahkan pada sikap dan tindakan radikal, merasa paling benar. Selain itu juga propaganda perilaku konsumtif terhadap komoditas tertentu sebagai gaya hidup”, papar Muradi.

“Propaganda pemahaman keagamaan bersifat radikal yang bertujuan pada penolakan terhadap bentuk dan azaz negara Indonesia yang dapat mempengaruhi stabilitas keamanan dan ketahanan nasional harus kita redam”, tambahnya.

Sementara itu, Dianta Sebayang juga mengingatkan kepada generasi milenial tentang propaganda pemikiran tertentu yang kerapkali hadir dalam aspek politik dan juga aktivitas ekonomi.

“Sebagai generasi muda, kita perlu bijak menyikapi proses kehidupan demokrasi, terlebih kampanye dan propaganda dalam dinamika politik yang dapat memecah persatuan dan keutuhan bangsa. Persatuan bangsa harus kita utamakan diatas semua kepentingan untuk kemajuan Indonesia”, jelasnya.

Baca Juga:  Adira Finance Gelar Festival Pesona Lokal di Bandung

Sedangkan Deni Ahmad Haidar dalam kesempatan ini mengatakan bahwa propaganda-propaganda yang menggugat falsafah dan bentuk negara di berbagai platform media sosial menggunakan narasi agama adalah upaya untuk menghancurkan Indonesia secara soft.

“Pancasila dilahirkan untuk menaungi berbagai perbedaan agama, suku, ras dan budaya yang ada di Indonesia, bukan kepentingan pribadi ataupun kelompok, lahir dari proses refleksi dan perdebatan panjang para founding father yang berfikir panjang untuk masa depan bangsa dan negara”, jelasnya.

Deni juga mengajak kepada generasi muda untuk tidak terprovokasi dan tergiur dengan pemikiran-pemikiran baru yang menegasikan relevansi pancasila dengan prinsip agama khususnya Islam. (Red)

Jabar News | Berita Jawa Barat