Akademisi Gelar Diskusi Trend Pengelolaan Jurnal Di Eral Digital

JABAR NEWS | BANDUNG – Untuk meningkatkan kualitas penelitian, akademisi dan pengelola Jurnal berkumpul dengan menggelar forum diskusi di Hotel Bumi Sawunggaling, Jalan Sawunggaling Tamansari Bandung, Kamis (07/09/2017).

Pertemuan diskusi ini sendiri telah dibahas disalah satu grup WA SCOPUS WoS OSF Conf sejak beberapa bulan yang lalu. Sehingga ditetapkan diskusi digelar di kota Bandung dan akhirnya terlaksana dengan baik.

Saat membuka sesi awal diskusi Dr. Dasapta Erwin Irawan menuturkan bahwa semua hasil riset sebanyak mungkin harus dipublikasikan secara online agar mudah ditemukan tanpa dibatasi akses paywall yang mahal.

Dia meminta agar Pemerintah melalui Kementerian terkait harus mengembangkan standar internasional selain Scopus, DOAJ, Sherpa Romeo dan Cope.

Baca Juga:  Rizal Ramli Dan Faisal Basri Tampil Di PKKMB Unpas

“Kita harus membuka semua akses terhadap hasil karya (open access). Kalau semua dibuka, maka kita akan banyak berbagi. Tentu ini akan membuat reputasi di bidang penelitian kita semakin kuat,” ucap

Erwin yang juga dosen pada Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB dari rilis yang diterima jabarnew.com.

Menurut Erwin, membuka akses dalam hal ini tentunya berjenjang. Dimulai dari menyediakan file pdf nya untuk diunduh, membuka data mentah dan hasil analisis-analisis untuk dapat replikasi, hingga membuka file draft untuk mengundang partisipasi sebagai penulis.

Erwin menyarankan kepada rekan-rekan sejawat dosen maupun peneliti semaksimal mungkin dapat memanfaatkan jurnal yang terbit dan dikelola di dalam negeri.

Sedangkan kepada pengelola jurnal, mereka harus memastikan kualitas jurnal yang baik dengan standar dunia internasional yang terbuka.

Baca Juga:  Cegah Covid-19, Komitmen Jaga Kebersihan Terus Digalakkan Polres Purwakarta

“Dan yang terpenting adalah pemerintah harus menghapus persepsi bahwa kualitas kepakaran dan kualitas makalah ditentukan oleh standar standar internasional yang saat ini digunakan,” ujarnya.

Sementara itu, Nuning Kurniasih dalam diskusi tersebut menyatakan bahwa open access sangat bermanfaat bagi peneliti. Antara lain, dapat meningkatkan discoverability dari literatur dibidangnya dan mudah menemukan sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.

“Selain itu juga dapat meningkatkan visibilitas dan impact atas karya ilmiahnya, membangun sitasi atas karya ilmiahnya. Mendorong penelitian interdisipliner, serta memudahkan penelitian dan inovasi,” sambung Nuning yang juga dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.

Hal senada juga disampaikan Robbi Rahim salah satu peserta diskusi yang datang dari Medan, bahwa akses bebas dapat mengurangi kesenjangan informasi ilmiah.

Baca Juga:  Nahas.. Bocah Terjepit Eskalator Superindo Bogor, Ini Kronologisnya

Selain itu, diperlukan pelatihan dan pembiasaan dari penerbit, penulis maupun mitra bestari dalam menerbitkan jurnal secara elektronik.

“Hal tersebut karena sebagian besar penerbit jurnal ilmiah di Indonesia belum memiliki nomor Digital Object Identifier (DOI) dan belum terdaftar di lembaga pengindeks. Seperti google scholar, DOAJ, Scopus, Thomson,” sebut Robbi pengurus Relawan Jurnal Indonesia (RJI) Sumut dan masih berstatus mahasiswa doktoral di Universiti Malaysia Perlis.

Pada sesi diskusi, peserta yang hadir juga membicarakan tentang plagiarisme dan smiliarity, acara diskusi ini diakhiri dengan foto bersama. (Red)

Jabar News | Berita Jawa Barat