Uji Coba Panen CBF Sebagai Alternatif KJA di Waduk Jatiluhur

JABARNEWS | PURWAKARTA – Diindikasikan menimbulkan polusi terhadap perairan Waduk Jatiluhur, polemik peternakan ikan dengan skema Keramba Jaring Apung (KJA) terus diupayakan alternatif solusinya. Sebagaimana polemik yang berkembang selama ini terhadap KJA adalah banyaknya pakan ikan dan kotoran penjaga KJA yang mengotori waduk, disamping keselamatan waduk karena belum tertatanya zonasi dan jumlah KJA yang jauh melampaui daya dukung waduk.

Setelah dilakukan uji coba oleh Jasa Tirta II Jatiluhur bersama KKP dan Muspida Karawang dan Purwakarta, pihak PJT II pun menggelar panen ikan CBF (Cultured Based Fisheries) yang merupakan penerapan program Perikanan Tangkap Berbasis Budidaya di Demoplot Curug, perbatasan Purwakarta-Karawang, Rabu (16/10/2019) lalu.

CBF merupakan sistem budidaya ikan air tawar yg dikembangkan di perairan waduk dalam rangka Konservasi SDA, dimana ikan CBF tidak perlu ada penjaga dan juga tidak perlu diberi pakan ikan tambahan, karena ikan CBF ditebar bebas di waduk dan memakan plankton yang ada di waduk.

Baca Juga:  Diduga Karena Disarankan Nyanyi Lipsync oleh Ivan Gunawan, Keisya Levronka Curhat Sakit Hati

Diharapkan dengan sistem CBF ini dapat menjadi solusi atas budidaya KJA. Selain tidak ada polusi juga tetap dapat mempertahankan produksi ikan air tawar sekaligus sebagai alih profesi bagi para petani KJA lokal.

Direktur Operasional dan Pengembangan Perum Jasa Tirta II Jatiluhur, Antonius Aris Sudjatmiko mengatakan, sitem budidaya ikan CBF merupakan kerja sama antara Jasa Tirta II dengan KKP.

“Hal ini merupakan sinergi semua pihak dalam mencari solusi untuk Konservasi SDA, terutama peningkatan kualitas air,” kata Aris kepada awak media, Kamis (17/10/2019).

Menurutnya, kualitas air waduk Djuanda menjadi faktor krusial karena waduk tersebut merupakan sumber air untuk memenuhi kebutuhan PLTA, PDAM, Industri dan Irigasi di Jawa Barat.

Sementara, GM Wilayah IV, Anom Herudjito dalam acara panen CBF menyampaikan, mengatasi kondisi tersebut, PJT II bekerja sama dengan dengan Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRSDI) Kementerian Kelautan dan Perikanan telah memilih dan menggulirkan alternatif pengembangan perikanan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Baca Juga:  Peluang Usaha, Cicak Kering Dihargai Rp100 Ribu per Kilo

Satu solusi yang dapat dilaksanakan adalah dengan menerapkan pengembangan pengelolaan perikanan tangkap berbasis budidaya atau Culture Based Fisheries (CBF). Kegiatan uji coba CBF itu dengan melakukan penebaran benih ikan bandeng sebanyak 50.000 ekor di Demplot SPAM Curug yang telah dilaksanakan Desember 2018.

Kegiatan CBF di SPAM Curug ini adalah sebagai Pilot Project yang hasilnya akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan CBF di Waduk Jatiluhur.

“Kegiatan ini akan berlanjut di Waduk Jatiluhur seiring dengan program kegiatan Citarum Harum yang akan dilaksanakan di tahun 2019. Untuk para petani ikan yang sudah terbentuk dalam Pokwasmas yang di Jatiluhur dimohon untuk melihat cara pengembangan CBF di Demplot SPAM Curug. Dan untuk para petani yang sudah terbentuk di Demplot Curug bisa bergabung dengan kelompok petani yang ada di Jatiluhur,” ungkapnya.

Baca Juga:  Pelanggaran Terorisme, 3 WNI Divonis Bersalah di Pengadilan Singapura

Di sisi lain, Ketua Pelaksana, Udien Yulianto mengatakan, atas nama panitia penyelenggara acara panen CBF mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya program ini.

“Dalam pengembangan CBF ini, Jasa Tirta II bekerjasama dengan BRPSDI-KKP melakukan penebaran benih ikan bandeng sebanyak 50.000 ekor di Demplot SPAM Curug yang telah dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2018. Selama waktu tersebut, dilakukan juga upaya pemberdayaan masyarakat sekitar untuk menjaga, memelihara dan hari ini ikut panen, dalam rentang waktu selama 10 bulan akhirnya kita bisa melakukan panen ikan,” ungkap Udien. (Gin)