Pemkab Bogor Menuju Kota Wisata Dengan Eliminasi Kasus ODHA

JABARNEWS | BOGOR – Melalui program The City of Sport and Tourism untuk memaksimalkan potensi wisata di Kabupaten Bogor, Pemerintah Kabupaten Bogor, mengeluarkan terobosan mengumpulkan 140 tenaga kesehatan se-Kabupaten Bogor, dengan tujuan bersinergi dan meningkatkan kualitas dalam menangani pasien penderita HIV, AIDS, Hepatitis B, hingga penderita TBC. Hal tersebut merupakan dukungan pengembangan kunjungan ke destinasi wisata dengan meminimalkan kasus HIV/Aids.

“Kabupaten Bogor menjadi wilayah destinasi wisata yang mengarah penanggulangan dan upaya mengeliminasi terjadi dan penyebaran HIV/AIDS,” ujar Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit, Dinkes Kabupaten Bogor, Dedi Syarif di Cibinong, Bogor, Minggu (20/10/2019).

Baca Juga:  Garut Siap Jadi Pemasok Hasil Hortikultura di Indonesia, Rudy Gunawan: Jangan Khawatir

Dedi mengatakan, untuk memaksimalkan sinergi dalam menekan angka penularan virus HIV tidak terbilang sulit. Pasalnya, penanganan penyakit menular ini sudah tertuang dalam Peraturan Bupati (Perbup) No 9 Tahun 2016 tentang penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Bogor.

“Maka dari itu, dibutuhkan sinergi dan komitmen dengan seluruh insan kesehatan Kabupaten Bogor, masyarakat, dan stake holder disemua lini. Fokus, serius dalam melaksanakan triple eliminasi penyakit tersebut,” kata Dedi.

Baca Juga:  Ini Motif Pelaku Pembuangan Bayi di Teras Rumah Warga Cileungsi Bogor

Ia memaparkan mengenai negara Indonesia yang berada di urutan kelima sebagai negata berisiko HIV/AIDS. Terlebih, Provinsi Jawa Barat masuk dalam lima provinsi dengan jumlah masyarakat terinveksi HIV terbanyak di Indonesia. Hingga juni 2019, kasus HIV di Jawa Barat mencapai 40 ribu penderita, dan AIDS mencapai 10 ribu penderita.

Baca Juga:  Mensos Risma Ingin Buat Lumbung Sosial untuk Korban Banjir Bandang di Kabupaten Garut

Sedangkan di Kabupaten Bogor, berdasarkan data Dinkes Kabupaten Bogor sejak awal tahun hingga September 2019, tercatat sebanyak 174 orang mengidap HIV/AIDS. Angka tersebut diprediksi terus meningkat, melebihi tahun sebelumnya yang sebanyak 222 orang.

“Parahnya, pengidap HIV/AIDS terjadi pada kelompok remaja dengan rentang usia 15-24 tahun,” katanya.

Dia menjelaskan, dalam menangani penyebaran virus HIV/AIDS, Dinkes akan menambah layanan pengobatan di empat RSUD dan terhubung dengan puskesmas terdekat. (Ara)